Kekerasan Pemilu Papua Nugini: Puluhan Orang Dibunuh, Polisi Kekurangan Personel
Kompas dunia | 23 Juli 2022, 04:00 WIBPORT MORESBY, KOMPAS.TV - Kekerasan selama pemilihan umum di Papua Nugini sebulan belakangan dilaporkan menewaskan puluhan orang. Gelombang kekerasan disebut terjadi di negara itu selama periode pemilu pada 4-22 Juli 2022.
Menurut Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), terdapat juga laporan kekerasan seksual, juga terhadap anak kecil. Sekitar 3.000 orang pun terpaksa mengungsi akibat gelombang kekerasan.
Belakangan ini, sebuah video pembantaian oleh kelompok bersenjata di suatu gereja viral di media sosial. Video tersebut menunjukkan korban tewas yang terbujur setelah dibunuh kelompok bersenajta.
Pada Rabu (20/7/2022) lalu, di daerah Porgera, Provinsi Enga, Papua Nugini, sebanyak 18 orang dilaporkan tewas dalam bentrokan etnis.
Baca Juga: Bupati Mamberamo Tengah Resmi Masuk DPO KPK, Diduga Kabur ke Papua Nugini
Komandan kepolisian di Provinsi Enga, George Kakas menyebut jumlah korban tewas di daerah tersebut bisa bertambah seiring berlangsungnya penyelidikan.
Lebih lanjut, ia mengeluhkan personel kepolisian yang mengamankan wilayah bentrok tidak cukup.
“Kami tidak bisa masuk dan mengumpulkan kesaksian ketika semua orang ketakutan dan kebanyakan penduduk mengungsi. Tidak ada yang mau mendatangi polisi untuk bersaksi,” kata Kakas dikutip The Guardian, Jumat (22/7/).
“Kami terlalu tersebar, kami punya dua skuad berisikan sekitar 60 orang. Itu tidak cukup untuk mengurus (bentrokan) ini. Saya telah meminta bantuan kekuatan dan kami harap, besok, kami punya lebih banyak tenaga untuk membantu,” lanjutnya.
Setelah kabar dugaan pembantaian di Enga tersebar, Dirk Wagener, pelaksana tugas kepala perwakilan PBB di Papua Nugini, menyampaikan pernyataan yang mengutuk “kekerasan tak termitigasi” itu.
“Saya sangat khawatir atas dugaan pembunuhan brutal puluhan warga sipil, laporan-laporan kekerasan seksual yang keji terhadap perempuan, termasuk kepada setidaknya delapan gadis, serta perkiraan bahwa beberapa ribu orang, kebanyakan wanita dan anak-anak, terpaksa mengungsi,” kata Wagener.
Berbagai insiden kekerasan telah membayangi pemilu Papua Nugini sejak masa kampanye jelang pemilihan. Menurut laporan media-media lokal, terdapat 28 kasus pembunuhan terkait pemilu selama periode kampanye.
Terdapat juga percobaan pembunuhan terhadap seorang kandidat, penembakan terhadap pejabat komisi pemilihan, serta aksi pembakaran lima kendaraan.
Berbagai pihak mengkhawatirkan bahwa pemilu kali ini dapat dilanda kekerasan lebih parah dibanding pada 2017 silam. Waktu itu, lebih dari 200 orang tewas selama masa pemilu dan kampanye di Papua Nugini.
Baca Juga: Angkut Kokain Senilai Rp 1 Triliun, Pesawat Jatuh di Papua Nugini
Penulis : Ikhsan Abdul Hakim Editor : Vyara-Lestari
Sumber : The Guardian