Cacar Monyet di Eropa Tak Separah di Afrika, WHO Bimbang Pertimbangkan Status Darurat Global
Kompas dunia | 21 Juli 2022, 20:30 WIBBaca Juga: WHO: Cacar Monyet Bukan Darurat Kesehatan Global untuk Saat Ini, Tekankan Urgensi Monitoring
Placide Mbala, ahli virus yang memimpin departemen kesehatan global di Institut Riset Biomedis Nasional Kongo, mengatakan ada juga perbedaan mencolok antara pasien di Afrika dan Barat.
"Kami melihat di sini (di Kongo) perkembangan sangat cepat, setelah tiga hingga empat hari, lesi yang terlihat pada orang yang terkena cacar monyet," kata Mbala, seraya menambahkan seseorang dengan begitu banyak lesi yang terlihat tidak mungkin keluar di tempat umum, sehingga mencegah penularan lebih lanjut.
Tetapi di negara-negara termasuk Inggris dan AS, dokter mengamati beberapa orang yang terinfeksi hanya dengan satu atau dua lesi, seringkali di alat kelamin mereka.
"Anda tidak akan menyadarinya jika Anda hanya bersama orang itu di taksi atau bar," kata Mbala. "Jadi di Barat, orang-orang tanpa lesi yang terlihat ini mungkin menyebarkan penyakit secara diam-diam."
Dia mengatakan, pendekatan yang berbeda di berbagai negara kemungkinan akan diperlukan untuk menghentikan wabah global, sehingga sulit untuk mengadopsi strategi respons tunggal di seluruh dunia, seperti untuk Ebola dan Covid-19.
Baca Juga: WHO Dalami Temuan Virus Cacar Monyet dalam Cairan Sperma
Dr. Dimie Ogoina, seorang profesor kedokteran di Niger Delta University Nigeria, mengatakan dia khawatir pasokan vaksin dunia yang terbatas akan mengakibatkan terulangnya masalah yang muncul dalam pandemi virus corona, ketika negara-negara miskin dibiarkan dengan tangan kosong sementara negara-negara kaya menimbun sebagian besar dosis vaksin.
“Tidak masuk akal untuk hanya mengendalikan wabah di Eropa dan Amerika, karena Anda akan tetap memiliki sumber (hewan) wabah di Afrika,” kata Ogoina, yang duduk di komite darurat cacar monyet WHO.
Minggu ini, para pejabat AS mengatakan lebih dari 100.000 dosis vaksin cacar monyet sedang dikirim ke negara bagian dalam beberapa hari ke depan, dengan beberapa juta lagi dipesan untuk beberapa bulan ke depan.
AS telah melaporkan lebih dari 2.000 kasus sejauh ini, dengan ratusan lainnya ditambahkan setiap hari.
Beberapa pakar kesehatan masyarakat AS mulai bertanya-tanya apakah wabah ini menjadi cukup luas sehingga cacar monyet akan menjadi penyakit menular seksual yang baru.
Baca Juga: WHO Segera Ganti Nama Penyakit Cacar Monyet, Hindari Stigma dan Prasangka Rasial
Mendeklarasikan cacar monyet sebagai keadaan darurat global juga dapat secara tidak sengaja memperburuk penyebaran vaksin, meskipun penyakit ringan terlihat di sebagian besar negara.
Dr. Hugh Adler, yang merawat pasien cacar monyet di Inggris, mengatakan tidak banyak kasus atau infeksi serius, selain pada pria gay dan biseksual.
Namun, dia mengatakan itu membuat frustrasi karena vaksin tidak tersedia lebih banyak, karena wabah itu berlipat ganda setiap dua minggu di Inggris.
“Jika reklasifikasi cacar monyet sebagai darurat global akan membuat (vaksin tersedia), maka mungkin itu yang perlu dilakukan,” katanya.
"Tetapi di dunia yang ideal, kita harus bisa melakukan intervensi yang diperlukan tanpa deklarasi darurat," pungkasnya.
Penulis : Edwin Shri Bimo Editor : Vyara-Lestari
Sumber : Kompas TV/Straits Times