Inilah Penjelasan Kenapa Eropa Makin Jadi Pusat Gelombang Panas dengan Suhu Menusuk Tahun ini
Kompas dunia | 19 Juli 2022, 08:51 WIBNEW YORK, KOMPAS.TV - Dua bulan lalu, Prancis mengalami rekor terpanas Mei, dengan rekor tertinggi di beberapa kota.
Bulan lalu, Prancis diguncang lagi oleh gelombang panas musim semi yang juga melanda Spanyol, Italia, dan negara-negara lain.
Kemudian, bulan ini, Polandia dan bagian lain dari Eropa Timur merana sengsara dalam musim panas yang ekstrem.
Sekarang suhu di seluruh Eropa melonjak tinggi, mulai dari Spanyol ke Kepulauan Inggris dan menyebar ke timur.
Kebakaran hutan yang dipicu oleh panas membakar banyak negara, dan sebagian besar benua sedang mengalami kekeringan yang panjang.
Dan masih ada dua bulan musim panas tersisa.
Para ilmuwan mengatakan panas ekstrem yang persisten tahun ini sesuai dengan tren.
Baca Juga: Gelombang Panas Guncang Eropa, Kebakaran Hutan Menggila di Spanyol, Portugal dan Prancis
Gelombang panas di Eropa, kata mereka, meningkat dalam frekuensi dan intensitas pada tingkat yang lebih cepat daripada hampir semua bagian lain dari planet ini, termasuk Amerika Serikat bagian Barat.
Pemanasan global punya peran, seperti halnya dalam gelombang panas di seluruh dunia, karena suhu rata-rata sekitar 1,1 derajat C lebih tinggi daripada di akhir abad ke-19, sebelum emisi karbon dioksida dan gas penangkap panas lainnya menyebar luas.
Jadi, panas yang ekstrim lepas landas dari titik awal yang lebih tinggi.
Namun di luar itu, ada faktor lain, beberapa yang melibatkan sirkulasi atmosfer dan lautan, yang mungkin membuat Eropa menjadi hot spot gelombang panas.
Tidak ada dua gelombang panas yang persis sama. Suhu terik saat ini yang mencapai Inggris dan Wales hari Senin (18/7/2022) sebagian disebabkan oleh wilayah udara bertekanan rendah tingkat atas yang terhenti di lepas pantai Portugal selama berhari-hari.
Ini dikenal sebagai "cutoff low" dalam bahasa para ilmuwan atmosfer, karena terputus dari angin barat, aliran jet garis lintang tengah, yang mengelilingi planet ini pada ketinggian tinggi.
Baca Juga: Spanyol Hadapi Kebakaran Hutan di Tengah Gelombang Panas Ekstrem
Zona bertekanan rendah cenderung menarik udara ke arah mereka. Dalam hal ini, zona bertekanan rendah terus-menerus menarik udara dari Afrika Utara ke sana dan ke Eropa. "Ini memompa udara panas ke utara," kata Dr Kai Kornhuber, seorang peneliti di Lamont-Doherty Earth Observatory, bagian dari Universitas Columbia.
Dr Kornhuber berkontribusi pada penelitian yang diterbitkan bulan ini yang menemukan bahwa gelombang panas di Eropa telah meningkat dalam frekuensi dan intensitas selama empat dekade terakhir, dan menghubungkan peningkatan setidaknya sebagian dengan perubahan jetstream atau alur aliran udara.
Para peneliti menemukan banyak gelombang panas Eropa terjadi ketika aliran udara untuk sementara terbelah menjadi dua, meninggalkan area angin lemah dan udara bertekanan tinggi di antara dua cabang yang kondusif untuk penumpukan panas ekstrem.
Dr Efi Rousi, ilmuwan senior di Potsdam Institute for Climate Research di Jerman dan penulis utama studi tersebut, mengatakan gelombang panas saat ini tampaknya terkait dengan "aliran udara ganda", yang katanya terjadi di Eropa selama dua minggu terakhir.
Ini bisa menyebabkan terciptanya cutoff rendah, kata Dr Rousi, serta ke area angin lemah di Eropa yang memungkinkan panas bertahan.
"Sepertinya ini benar-benar mendukung penumpukan gelombang panas ini," katanya.
Para peneliti menemukan banyak gelombang panas Eropa terjadi ketika aliran udara untuk sementara terbelah menjadi dua, meninggalkan area angin lemah dan udara bertekanan tinggi di antara dua cabang yang kondusif untuk penumpukan panas ekstrem.
Baca Juga: Pekan Ini Amerika Serikat Terancam Gelombang Panas, Suhunya Capai 40,5 Derajat Celcius
Mungkin ada alasan lain mengapa Eropa disapu gelombang panas yang lebih banyak dan lebih persisten, meskipun beberapa di antaranya menjadi bahan perdebatan di antara para ilmuwan.
Variabilitas iklim alami dapat membuat sulit untuk menghilangkan pengaruh tertentu, kata Rousi.
Dr Kornhuber mengatakan pemanasan di Kutub Utara, yang terjadi jauh lebih cepat daripada bagian lain dunia, mungkin berperan.
Saat Arktik menghangat pada tingkat yang lebih cepat, perbedaan suhu antara itu dan khatulistiwa berkurang.
Hal ini menyebabkan penurunan angin musim panas, yang memiliki efek membuat sistem cuaca bertahan lebih lama. "Kami memang melihat peningkatan persistensi," katanya.
Baca Juga: Ribuan Umat Pagan Kuno Inggris Lakukan Ritual di Stonehenge Sambut Matahari Musim Panas
Ada juga indikasi bahwa perubahan di salah satu arus laut utama dunia, Sirkulasi Pembalikan Meridional Atlantik, dapat mempengaruhi iklim Eropa.
Dr Rousi menerbitkan sebuah makalah tahun lalu yang menunjukkan, dengan menggunakan simulasi komputer, bahwa melemahnya arus saat dunia menghangat akan menyebabkan perubahan sirkulasi atmosfer yang mengarah ke musim panas yang lebih kering di Eropa.
Seperti di bagian lain dunia, gelombang panas di Eropa dapat membuatnya lebih mungkin terjadi di daerah yang sama, karena periode panas yang ekstrem akan mengeringkan tanah.
Ketika ada kelembapan di tanah, sebagian energi matahari digunakan untuk menguapkan air, yang menyebabkan sedikit efek pendinginan.
Tetapi ketika satu gelombang panas menghapus hampir semua kelembaban tanah, hanya sedikit yang tersisa untuk menguap ketika gelombang udara panas berikutnya tiba. Jadi lebih banyak energi matahari memanggang permukaan, menambah panas.
Penulis : Edwin Shri Bimo Editor : Desy-Afrianti
Sumber : Kompas TV/New York Times