Pesan Sedih Para Dokter ke Rakyat Sri Lanka: Jangan Jatuh Sakit dan Kecelakaan, Obat Sedang Langka
Kompas dunia | 13 Juli 2022, 14:05 WIBTapi pemerintah kesulitan menyediakannya, katanya.
Dan itu bukan hanya obat. Pasien yang menjalani kemoterapi rentan terhadap infeksi dan tidak dapat makan secara normal tetapi rumah sakit tidak memiliki suplemen makanan yang cukup, kata Jeyakumaran.
Situasi itu membuat Sri Lanka terancam keadaan darurat kesehatan saat negara itu masih belum pulih dari pandemi virus corona.
Rumah sakit kekurangan obat untuk rabies, epilepsi dan penyakit menular seksual.
Baca Juga: Presiden Sri Lanka Mundur, Analis Ragukan Pemimpin Baru Bisa Berbuat Lebih Banyak
Laboratorium punya memiliki cukup reagen yang diperlukan untuk menjalankan tes hitung darah lengkap.
Barang-barang seperti bahan jahit medis, kaus kaki katun untuk operasi, persediaan untuk transfusi darah, bahkan kapas dan kain kasa juga hampir habis.
"Jika Anda menangani hewan, berhati-hatilah. Jika Anda digigit dan Anda perlu pembedahan dan Anda terkena rabies, kami tidak memiliki antiserum dan vaksin rabies yang memadai," kata Dr. Surantha Perera, wakil presiden Asosiasi Medis Sri Lanka.
Asosiasi tersebut berusaha membantu pasien dengan mencari sumbangan melalui kontak pribadi dan dari warga Sri Lanka yang tinggal di luar negeri, kata Perera.
Dhamaratne, presiden asosiasi, mengatakan jika keadaan tidak membaik, dokter mungkin terpaksa memilih pasien mana yang paling membutuhkan perawatan.
Ini adalah kebalikan dari perbaikan selama beberapa dekade berkat sistem perawatan kesehatan universal yang meningkatkan banyak ukuran kesehatan ke tingkat negara-negara yang jauh lebih kaya.
Angka kematian bayi di Sri Lanka, hanya di bawah 7 per 1.000 kelahiran hidup, tidak jauh dari AS, dengan 5 per 1.000 kelahiran hidup, atau 1,6 di Jepang.
Baca Juga: Selain Sri Lanka, Ini 5 Negara yang Pernah Menyatakan Bangkrut
Angka kematian ibu mendekati 30 per 100.000 dibandingkan dengan kebanyakan negara berkembang. Angka di AS adalah 19, sedangkan Jepang adalah 5.
Harapan hidup meningkat menjadi hampir 75 tahun pada tahun 2016 dari di bawah 72 tahun pada tahun 2000.
Negara ini berhasil membasmi malaria, polio, kusta, penyakit parasit tropis filariasis yang biasa dikenal sebagai kaki gajah, dan sebagian besar penyakit yang dapat dicegah dengan vaksin lainnya.
Perdana Menteri Ranil Wickremesinghe telah meminta bantuan, dan AS, Jepang, India, dan negara-negara lain telah menjanjikan dana dan dukungan kemanusiaan lainnya.
Bantuan itu dan lebih banyak lagi dari Bank Dunia, Bank Pembangunan Asia dan lembaga lainnya akan memastikan pasokan medis hingga akhir tahun depan, Wickremesinghe baru-baru ini mengatakan kepada anggota parlemen.
Tetapi di bangsal rumah sakit dan ruang operasi, situasinya tampak kurang meyakinkan dan mengancam untuk mengikis kepercayaan publik terhadap sistem kesehatan, kata Dhamaratne.
"Dibandingkan dengan Covid-19, sebagai darurat kesehatan situasinya jauh, jauh lebih buruk," katanya.
Penulis : Edwin Shri Bimo Editor : Desy-Afrianti
Sumber : Kompas TV/Associated Press