> >

Serangan Udara AS Tewaskan Pemimpin ISIS di Suriah, Maher al-Agal

Kompas dunia | 13 Juli 2022, 00:25 WIB
Ilustrasi. Personel pemberontak Syrian Democratic Forces (SDF) menyisir milisi ISIS di Hassakeh, Suriah, 28 Januari 2022. Pada Selasa (12/7/2022), Amerika Serikat (AS) mengeklaim telah menewaskan pemimpin kelompok ekstremis ISIS di Suriah, Maher al-Agal dengan serangan udara. (Sumber: Baderkhan Ahmad/Associated Press)

WASHINGTON, KOMPAS.TV - Amerika Serikat (AS) mengeklaim telah menewaskan pemimpin kelompok ekstremis ISIS di Suriah, Maher al-Agal dengan serangan udara pada Selasa (12/7/2022). Tewasnya Al-Agal dikabarkan oleh Pentagon dan Komando Pusat AS.

Menurut laporan Associated Press, Komando Pusat AS melaporkan bahwa serangan drone yang menewaskan Al-Agal terjadi di pinggiran kota Jindaris, barat laut Suriah, dekat perbatasan Turki.

Selain Al-Agal, AS mengeklaim seorang pejabat tinggi ISIS juga luka parah dalam serangan ini. Identitas pejabat ISIS itu tidak diungkapkan.

Pentagon menyatakan bahwa tidak ada korban sipil dalam serangan ini. Namun, keterangan Pentagon itu belum dapat dikonfirmasi.

Baca Juga: Ketika Perang di Suriah Mereda, Para Remaja Belajar Melupakannya dengan Berdansa

Menurut lembaga pemonitor perang, Syrian Observatory for Human Rights, Al-Agal adalah mantan komandan ISIS yang terkemuka saat kelompok itu menguasai Raqqa.

Al-Agal kemudian pindah ke Afrin pada 2020, bergabung dengan faksi milisi yang didukung Turki. Terkini, Al-Agal disebut menjadi seorang komandan di faksi Jaysh Al-Sharqiyyah.

Operasi yang menyasar Al-Agal digelar beberapa bulan usai penyerbuan ke tempat persembunyian pemimpin ISIS, Abu Ibrahim al-Hashimi al-Qurayshi. Al-Qurayshi memutuskan bunuh diri ketika dikepung pasukan khusus AS.

Washington menyatakan bahwa Al-Qurayshi meledakkan diri bersama anggota keluarganya ketika disergap pasukan khusus.

Ketika berada dalam puncak kekuatannya selama Perang Sipil Suriah, ISIS menguasai wilayah seluas 103.600 kilometer persegi yang merentang dari Suriah ke Irak dan memerintah lebih dari delapan juta orang.

Negara yang dibuat ISIS kemudian kolaps pada 2019. Sejak itu, kelompok ekstremis tersebut memilih taktik gerilya sambil merestrukturasi organisasinya.

Baca Juga: Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan Temukan Aliran Dana ACT ke Anggota Al-Qaeda

 

Penulis : Ikhsan Abdul Hakim Editor : Vyara-Lestari

Sumber : Associated Press


TERBARU