Kisah Keturunan Ukraina di Jalur Gaza, Bicarakan Irisan Pengalaman Agresi Militer Israel dan Rusia
Krisis rusia ukraina | 28 Juni 2022, 06:50 WIBKebanyakan keturunan Ukraina di Jalur Gaza adalah perempuan yang bertemu calon suami Palestina di universitas-universitas Ukraina.
Salah satunya adalah Viktoria Saidam beserta suaminya, Ibrahim. Akibat perang, Ibrahim dan Viktoria mengungsi ke Gaza dari Ukraina. Mereka kabur dari agresi militer Rusia untuk tinggal di tempat yang kekurangan listrik dan pasokan airnya tercemar akibat blokade Israel.
Baca Juga: Warga Ukraina Mengungsi ke Palestina: Kini Gaza Lebih Aman meski Tetap Khawatirkan Serangan Israel
Kondisi tersebut, menurut Natalya Mabhouh, ekspatriat Ukraina yang tinggal di Jalur Gaza sejak 1997, berbeda dengan dulu. Israel sendiri memblokade Gaza secara permanen sejak 2007.
“Ketika saya datang ke Gaza, situasi ekonominya bagus. Terdapat perdamaian. Namun, kami terbiasa dengan peperangan dan eskalasi sejak itu,” kata Mabhouh.
“Ini (perang Rusia-Ukraina) benar-benar mengejutkan. Rusia dan Ukraina itu seperti sebangsa. Saya masih tidak bisa mengerti bagaimana ini bisa terjadi,” lanjutnya.
Perang pun turut meningkatkan tensi antara komunitas Ukraina dan Rusia di Jalur Gaza. Banyak keturunan Ukraina murka usai demonstrasi pro-Rusia digelar pada Maret lalu. Demonstrasi itu disebut memicu keretakan antara dua komunitas tersebut.
“Ibu saya orang Ukraina, ayah saya orang Rusia, lalu tiba-tiba orang-orang tidak mau bicara dengan saya. Saya pikir banyak orang tidak peduli dengan detail-detailnya. Namun, ini jelas pendudukan, seperti yang dilakukan Israel,” kata Hassoumi.
Baca Juga: Brutalnya Hujan Artileri Rusia di Donbass: Kesaksian dari Penyintas Ukraina di Garis Depan
Perang yang masih berkobar di negara asal membuat komunitas Ukraina mengkhawatirkan masa depan kampung halaman mereka. Di lain sisi, pendudukan Israel juga menimbulkan kekhawatiran sama.
“Kami membangun kehidupan di sini. Jadi, apa pun yang terjadi kami akan tetap tinggal,” kata Ashraf Al-Nimr, tokoh masyarakat komunitas Ukraina di Gaza.
Ashraf sendiri punya cerita sedih akibat invasi Rusia. Ia menyebut 15 kerabat istrinya hilang di Mariupol sejak invasi Rusia dimulai.
Mariupol adalah salah satu kota dengan kehancuran terparah akibat invasi Rusia. Pemerintah Ukraina memperkirakan lebih dari 22.000 warga tewas selama pengepungan Mariupol pada 24 Februari hingga 20 Mei 2022.
“Kami bisa membantu dengan memberi instruksi kepada orang-orang Ukraina bagaimana menghadapi perang, bagaimana cara bersembunyi, dan mengumpulkan dana. Apa pun yang bisa kami lakukan untuk membantu, akan kami lakukan,” pungkas Ashraf.
Baca Juga: Malangnya Mariupol, Terancam Wabah Kolera Usai Hancur karena Serangan Rusia
Penulis : Ikhsan Abdul Hakim Editor : Hariyanto-Kurniawan
Sumber : The Guardian