Putin Sindir Amerika Serikat Bukan Utusan Tuhan, Tegaskan Rusia Sanggup Hadapi Sanksi Ekonomi
Krisis rusia ukraina | 18 Juni 2022, 07:30 WIBMOSKOW, KOMPAS.TV - Presiden Rusia Vladimir Putin menegaskan Rusia sanggup hadapi sanksi ekonomi akibat invasi negaranya ke wilayah Ukraina. Hal itu disampaikan dalam pidatonya di Konferensi Ekonomi Internasional St Petersburg pada Jumat (17/6).
Seperti diberitakan Associated Press, Putin memulai pidato dengan sindiran keras pada Amerika Serikat (AS).
"AS mendeklarasikan kemenangan dalam Perang Dingin, kemudian sekarang menganggap diri mereka sebagai satu-satunya utusan Tuhan di Bumi," ungkapnya.
Seperti diketahui, negara yang dipimpin Putin kini sedang menghadapi sanksi ekonomi dari berbagai negara. Ratusan perusahaan asing menangguhkan kegiatan di Rusia, sementara tak sedikit yang memilih hengkang dari negara itu.
Kendati demikian, Putin menyebut upaya merusak ekonomi Rusia telah gagal.
"Perusahaan Rusia dan otoritas pemerintah bekerja dengan detail dan profesional. Kami sedang menormalkan situasi ekonomi. Kami menstabilkan pasar keuangan, sistem perbankan dan sistem perdagangan," lanjut Putin.
Pemimpin Rusia itu kemudian mengatakan tingkat inflasi yang diproyeksikan pemerintah telah sedikit menurun, tetapi tingkat inflasi tahunan yang kini diproyeksikan sebesar 16,7 persen dianggap masih terlalu tinggi.
Baca Juga: Ini Keistimewaan Fujian, Kapal Induk Tercanggih China, Disebut Sekelas Kapal Induk Terbaru AS
Terlepas dari itu, Putin juga menyampaikan pembenaran atas tindakan invasi negaranya ke Ukraina. Ia menilai Ukraina telah menimbulkan ancaman keamanan pada Rusia selepas menyatakan keinginan bergabung dengan aliansi militer NATO.
"Dalam situasi saat ini, dengan latar belakang meningkatnya risiko dan ancaman, keputusan Rusia untuk melakukan operasi militer khusus adalah keputusan darurat," tegas Putin.
"Sangat sulit untuk mengambil keputusan, tetapi itu mendesak dan perlu. Itu adalah keputusan oleh negara berdaulat yang memiliki hak tanpa syarat, berdasar Piagam PBB, untuk mempertahankan keamanannya," lanjutnya.
Adapun Putin memprediksi, dalam waktu dekat Rusia akan berhasil menuntaskan misi selepas pertempuran panjang yang sudah berlangsung lebih dari 16 pekan.
Baca Juga: Analis: Harga Minyak Tinggi, Embargo Energi Rusia dari Uni Eropa Bisa Jadi Bumerang
Penulis : Rofi Ali Majid Editor : Vyara-Lestari
Sumber : Associated Press