> >

Petani Ukraina Racuni Tentara Rusia dengan Buah Ceri, Berawal Sering Dicuri Pasukan Putin

Krisis rusia ukraina | 17 Juni 2022, 15:19 WIB
Ilustrasi tentara Rusia di Ukraina. (Sumber: AP Photo)

MELITOPOL, KOMPAS.TV - Petani Ukraina ikut melawan tentara Rusia dengan meracuni mereka menggunakan buah ceri beracun yang manis.

Hal itu diungkapkan oleh Wali Kota Melitopol di Zaporizhzhia Oblast Ivan Fedorov.

Pada sebuah siaran TV, Fedorov mengungkapkan, para petani Ukraina melawan pasukan Vladimir Putin dengan bantuan buah yang terkontaminasi.

Dikutip dari New York Post, ia menegaskan, para tentara Rusia kerap menucri buah manis itu dari petani lokal dan dilaporkan untuk diekspor ke Krimea demi keuntungan.

Baca Juga: Inggris Ungkap Rusia Telah Kalah Strategi, Disebut Kehabisan Pasukan dan Rudal Canggih

Namun, mereka tak menyadari bahwa buah yang dicurinya telah disempot dengan bahan kimia.

“Petani kami telah menyiapkan sejumlah hadiah (untuk Rusia), buah ceri yang terawat dan segar, dan menciptakan penyakit di antara mereka (Rusia) yang mencurinya dari petani,” ujar Fedorov.

“Ini adalah jenis lain dari gerakan partisan, perlawanan, yang ada hari ini di wilayah Distrik Melitopol. Anda tak boleh mencuri apa pun dari kami, itu semua tumbuh dengan kerja keras para petani kami,” tambahnya.

Wali Kota Melitopol itu mengklaim bahwa 99 persen dari orang yang tetap tinggal di Melitopol adalah bagian dari gerakan perlawanan yang menargetkan pasukan Rusia.

Baca Juga: Pemimpin Negara Uni Eropa Dukung Bergabungnya Ukraina, Rusia Balas dengan Penghinaan

“Warga Melitopol sama sekali mengabaikan perayaan Hari Rusia,” ucap Fedorov.

“Seluruh negara melihat, Minggu kemarin hanya 15 dari 70.000 penduduk yang tinggal di kota yang diduduki yang antre untu paspor Rusia,” tambahnya.

Melitopol telah diduduki Rusia sejak awal penyerangan, yang kini sudah memasuki bulan keempat.

Zaporizhzhia sendiri merupakan tempat dari PLTN terbesar di Eropa, dan saat ini berada dalam kontrol Rusia.

Penulis : Haryo Jati Editor : Fadhilah

Sumber : New York Post


TERBARU