Malangnya Mariupol, Terancam Wabah Kolera Usai Hancur karena Serangan Rusia
Krisis rusia ukraina | 11 Juni 2022, 10:20 WIBMARIUPOL, KOMPAS.TV - Kemalangan yang menimpa Kota Mariupol, Ukraina tampaknya masih belum berhenti, setelah hancur karena serangan Rusia.
Kota yang kini diduduki oleh Rusia tersebut saat ini terancam bakal mengalami wabah Kolera.
Hal itu diungkapkan oleh Kementerian Pertahanan Inggris, Kamis (9/6/2022).
Menurut PBB, banyak infrastruktur di Mariupol yang hancur atau rusak berat, dan air tercampur dengan air selokan.
Baca Juga: Putin Percaya Diri, Yakin Eropa akan Sulit Lepas dari Gas dan Minyak Rusia
Hal itu diyakini bisa mengundang penyebaran penyakit Kolera.
Penyakit tersebut biasanya muncul karena memakan makanan atau meminum air yang telah terkontaminasi, dan juga berhubungan dengan sanitasi yang baru.
Jasad dan sampah yang tak dikumpulkan menambahkan kondisi sanitasi yang tak sehat.
Dilaporkan adanya wabah penyakit di Mariupol sebelumnya, dan kasus terisolasi telah dilaporkan dalam sebulan terakhir.
“Kolera, disentri dan penyakit menular lainnya telah ada di kota ini, dan kota telah ditutup untuk menghindari penularan yang lebih besar,” tutur Wali Kota terpilih Mariupol, Vadym Boychenko kepada BBC.
Namun, hal berbeda diungkapkan Wali Kota Mariupol yang ditunjuk Rusia.
Ia menegaskan saat ini belum ada kasus Kolera yang tercatat, dan tes tengah dilakukan di beberapa tempat.
Sementara itu, Kementerian Kesehatan Ukraina menegaskan akses mereka untuk informasi di Mariupol sangat terbatas.
Baca Juga: 200 Tentaranya Mati Setiap Hari, Ukraina Menjerit dan Minta Tambahan Senjata ke Barat
Tetapi mereka menegaskan telah melakukan tes di wilayah yang dikuasai Ukraina, sehingga tak mengungkap kasus apa pun.
Kolera bisa menjadi penyakit yang sangat serius.
Bahkan pada kasus yang sangat parah, jika tak dirawat penyakit itu bisa membunuh dalam hitungan jam.
Penyakit Kolera disebabkan oleh bakteri yang bernama Vibrio cholerae, dan biasanya orang menderitanya karena memakan makanan dan meminum air yang terkontaminasi bakteri tersebut.
Penulis : Haryo Jati Editor : Gading-Persada
Sumber : BBC