> >

Komandan Pemberontak yang Didukung Rusia di Ukraina Kecam Putin, Pasukannya Dibiarkan Kelaparan

Krisis rusia ukraina | 3 Juni 2022, 15:24 WIB
Komandan pemberontak yang didukung Rusia di Ukraina mengungkapkan kecamannya terhadap Presiden Rusia, Vladimir Putin karena membuat pasukannya kelaparan saat bertempur, dan tak menyediakan peralatan dan perlengkapan medis yang dibutuhkan. (Sumber: Daily Mail)

KHERSON, KOMPAS.TV - Komandan pasukan pemberontak yang didukung Rusia di Ukraina secara mengejutkan mengecam Presiden Rusia, Vladimir Putin.

Komandan yang mengklaim berasal dari brigade ke-113 resimen rifle dari Republik Rakyat Donetsk mengungkapkan pasukannya disuruh bertempur dalam keadaan kelaparan dan kedinginan.

Ia mengungkapkan pasukannya tak diberi makanan, dan juga tanpa peralatan dan perbekalan medis yang memadai.

Melalui rekaman video yang ditampilkan di Telegram, sang komandan mengungkapkan kondisi memprihatinkan dari pasukannya.

Baca Juga: Dananya Dibekukan, Rusia Hentikan Kerja Sama dengan Norwegia Terkait Pengamanan Nuklir

Ia mengatakan pria dengan kondisi medis kronis, yang seharusnya tak mengikuti wajib militer, malah dikirim ke tengah pertempuran bersama tentara karier.

Begitu juga dengan mereka yang memiliki anak kecil.

“Komandan tertinggi menganggap keluhan kami sebagai usaha sabotase,” ujarnya pada rekaman video tersebut dikutip dari Daily Mail, Kamis (2/6/2022).

“Tetapi apa yang bisa didapat dari mengirim tentaramu untuk mati," ujarnya.

Video tersebut muncul di tengah pertempuran sengit dan berdarah antara Ukraina dan Rusia di Donbas.

Namun unit pasukan pemberontak di dalam video diperkirakan ditempatkan di dekat Kherson, kota yang diduduki Rusia di barat daya Ukraina.

“Pasukan kami, termasuk dengan Batalion Infanteri ke-5 dari resimen infanteri ke-113, berada di garis depan pada pertempuran Ukraina di Kherson,” katanya.

“Dari waktu ke waktu, anggota mengalami kedinginan dan kelaparan, serta kami merasakannya tanpa dukungan materi, pasokan medis atau makanan,” kata komandan itu.

Ia pun menegaskan bahwa mobilisasi dari pasukannya dilakukan tanpa pemeriksaan medis.

“Dan ada di antara unit kami yang berdasarkan hukum Republik Rakyat Donetsk seharusnya tidak untuk dimobilisasi,” tuturnya.

Baca Juga: Kremlin Serahkan Keputusan Gabung Rusia ke Warga Donetsk dan Luhansk

“Ada di antara anggota kami yang mengalami penyakit kronis dan lainnya merupakan penjaga dari orang yang memiliki penyakit jiwa,” ujarnya.

Menurutnya banyak pertanyaan dari penugasan pasukannya yang menimbulkan pertanyaan, dan tak dihiraukan oleh pimpinan mereka.

Kherson sendiri merupakan kota penting yang membentang di Sunga Dnieper dekat dengan penggabungan Laut Hitam.

Kota tersebut juga menjadi kota penting pertama di Ukraina, yang diduduki Ukraina sejak serangan pada 24 Februari lalu.

Penulis : Haryo Jati Editor : Desy-Afrianti

Sumber : Daily Mail


TERBARU