Meninjau Sungai Aare Tempat Putra Ridwan Kamil Hanyut: Suhu Air Membuatnya Berbahaya, Rawan Keram
Ekslusif dari swiss | 30 Mei 2022, 22:49 WIBBERN, KOMPAS.TV - Emmeril Kahn Mumtadz alias Eril, putra Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil belum ditemukan usai hanyut di Sungai Aare, Bern, Swiss sejak Kamis (26/5/2022). Hingga hari keempat pencarian, belum ada titik terang mengenai hilangnya Eril.
Pihak keluarga mengaku Eril pandai berenang dan punya sertifikat menyelam. Namun, lulusan Fakultas Teknik Mesin dan Dirgantara Institut Teknologi Bandung (ITB) itu dihanyutkan arus deras Sungai Aare.
Sungai Aare sendiri dikenal memiliki arus cukup kuat. Sungai yang populer sebagai tempat wisata di Bern ini juga dikenal bersuhu dingin.
Ketika Eril hanyut, suhu air Sungai Aare dilaporkan berada di tingkat 16 derajat Celsius. Suhu itu cukup dingin bagi orang yang belum terbiasa.
Koresponden Kompas TV Rieska Wulandari mencoba merasakan sendiri apa arti suhu sedingin itu bagi tubuh manusia, khususnya dari Indonesia, yang belum terbiasa. Rieska meninjau langsung Sungai Aare pada Senin (30/5/2022).
Baca Juga: Pencarian Eril Putra Ridwan Kamil Terus Berlanjut, Teropong dan Penyelam Diterjunkan
Ketika menceburkan kaki ke dalam aliran Sungai Aare, Rieska mengaku tidak kuat berlama-lama.
“Dinginnya itu yang sakit ke kaki, sangat sakit. Jadi seperti ada beban menarik kaki kita sampai rasanya… it’s so painful,” kata Rieska.
Martin Heiniger, warga lokal yang telah bermukim di Bern selama 30 tahun, menyebut bahwa sungai itu lebih berbahaya bagi perenang yang tak terbiasa dengan air dingin.
Ia menyarankan, jika ingin berenang, harus didampingi oleh perenang yang lebih berpengalaman. Selain itu, jangan makan terlalu banyak sebelum berenang.
Menurut Heiniger, wisatawan di Aare biasanya berenang atau menghanyutkan diri ketika suhu air melebih 20 derajat Celius. Namun, kata dia, memang ada sejumlah wisatawan yang pilih menceburkan diri saat air sedingin belasan derajat Celsius.
Heiniger menegaskan pentingnya membiasakan diri lebih dulu dengan air dingin sebelum terjun ke Sungai Aare. Jika tidak, akibatnya bisa fatal.
“Sangat penting untuk membiasakan diri lebih dulu dengan temperaturnya. Jika itu (temperaturnya) lebih dingin dari yang biasa Anda rasakan, mungkin itu lebih berbahaya karena otot-ototmu bisa keram,” kata Heiniger.
“Saya biasanya akan selalu menceburkan diri lebih dulu, bukan untuk berenang, tetapi sekadar untuk membiasakan diri dengan temperaturnya. Lalu saya akan mentas, menceburkan diri kembali dan coba merasakan apakah akan baik-baik saja atau tidak (untuk berenang),” lanjutnya.
Baca Juga: Ridwan Kamil Dapat Izin Cuti sampai 4 Juni, Wagub Jawa Barat Ambil Alih Tugasnya untuk Sementara
Heiniger menambahkan, ketinggian air dan jalur renang sebaiknya dicek lebih dulu. Di Aare, terkadang volume arus air lebih besar dari biasanya sehingga menyebabkan banjir lebih lama.
Jalur renang juga perlu dicek dan direncanakan. Menurutnya, kondisi tiap kelokan sungai berbeda dan dapat memuat batu atau benda lain yang bisa membahayakan.
Lebih lanjut, Heiniger menyarankan calon perenang untuk membawa sesuatu yang bisa mengapung untuk mengantisipasi insiden tak terduga.
Sebelumnya, adik Ridwan Kamil, Elpi Nazmuzaman menyatakan bahwa Eril hanyut sekitar pukul 10.00 waktu setempat. Saat itu, Eril disebut dihanyutkan arus deras sungai saat hendak naik ke permukaan.
Sungai Aare sendiri memiliki titik-titik yang dibuat untuk menepi perenang. Titik-titik itu diniatkan untuk menepi wisatawan yang menghanyutkan diri agar tidak keterusan terbawa arus sungai.
Insiden hanyutnya wisatawan di Sungai Aare bukanlah hal yang langka. Duta Besar RI untuk Swiss dan Liechtenstein Muliaman D Hadad menyebut, berdasarkan data kepolisian Swiss, setiap tahunnya ada 15-20 wisatawan yang tenggelam dan terbawa arus sungai Aare.
Baca Juga: Kepolisian Swiss: 99,9 Persen Wisatawan yang Hilang di Sungai Aare Ditemukan dalam 3 Minggu
Penulis : Ikhsan Abdul Hakim Editor : Hariyanto-Kurniawan
Sumber : Kompas TV