Dubes Rusia Lyudmila Vorobieva (Bagian 2): Pemerintah Ukraina Sekarang Harus Diadili
Krisis rusia ukraina | 24 Mei 2022, 06:10 WIBJAKARTA, KOMPAS.TV - Perang Rusia-Ukraina memasuki babak baru. Ada dinamika baru ketika Finlandia dan Swedia ingin bergabung dengan NATO. Rusia meresons hal itu sebagai kesalahan besar.
Ada juga tudingan 14.000 orang telah terbunuh di Luhansk dan Donetsk. Kepada Jurnalis KOMPAS TV Frisca Clarissa dalam wawancara khusus, Senin (23/5/2022) Dubes Rusia Lyudmila Georgievna Vorobieva menolak tuduhan tersebut.
Ada dinamika dan perubahan geopolitik besar ketika Finlandia dan Swedia ingin bergabung dengan NATO merespons invasi Rusia atau operasi militer di Ukraina. Bagaimana Rusia melihat gerakan ini?
Seperti dinyatakan sebelumnya, tentu saja itu adalah kesalahan besar bahwa kami tidak akan berdiam diri. Akan diputuskan oleh presiden dan pemerintah. Tetapi tentu saja keputusan mereka itu adalah kesalahan. Itu tidak akan berkontribusi pada pelonggaran situasi atau ketegangan geopolitik yang telah meningkat seperti yang kita lihat dalam beberapa tahun terakhir, sehingga tak akan berkontribusi pada penyelesaian situasi ini.
Mari kembali ke latar belakang perang ini. Uni Eropa menyebut pernyataan Rusia tentang genosida di Luhansk dan Donetsk adalah palsu sebagai disinformasi masa lalu. Majelis Eropa serta Organisasi untuk Keamanan dan Kerja Sama Eropa (OSCE) melaporkan tidak ada pembunuhan skala massa atau genosida terjadi.
Baca Juga: Rudal Jelajah Kalibr Rusia Ditembak ke Gudang Senjata Wilayah Zhytomyr, Ukraina
Bagaimana respons Rusia terhadap ini?
Sama sekali tidak benar itu adalah bagian dari serangan informasi yang mengerikan ini, terorisme, informasi atau perang informasi yang dilakukan terhadap Rusia.
Bagaimana Anda menyangkal bahwa 14.000 orang telah terbunuh di Luhansk dan Donetsk?
Mengapa media Barat tidak pergi ke Luhansk dan Donetsk dan bertanya kepada warga di sana? Kami memiliki banyak dokumen dan pernyataan saksi di Luhansk dan Donetsk. Tidak ada peringatan misalnya untuk anak-anak yang dibunuh di wilayah ini oleh pasukan Ukraina dan oleh Batalyon Azov yang sekarang menyerah di Mariupol.
Anda tidak dapat menyangkal, menutupi itu. Begitu banyak kebohongan. Begitu banyak hal palsu tentang apa yang terjadi di Luhansk dan Donetsk serta apa yang sekarang terjadi di Ukraina. Pemerintah sekarang di Ukraina harus diadili dalam kejahatan ini.
Selama perang, banyak warga sipil kehilangan rumah, suami, istri, anak, keluarga, dan teman, terpisah atau terbunuh dalam perang ini. Kapan perang ini akan berakhir?
Tentu tidak ada yang menginginkan perang terjadi di abad ini dengan peradaban yang maju.
Lebih cepat lebih baik untuk Rusia. Kami melihat ini adalah tragedi bagi saudara dan saudari Ukraina kami. Tapi, sekali lagi, terkadang Anda harus mengambil tindakan drastis ini untuk mencegah tragedi yang jauh lebih besar terjadi.
Sekarang, kami memiliki banyak bukti bahwa serangan besar-besaran telah disiapkan. Pemerintah Kiev didukung oleh negara-negara Barat melawan Luhansk dan Donetsk Crimea pada bulan Maret tahun ini untuk menghentikan operasi ini. Kami mencegah hal ini terjadi.
Hal lain, kini kami juga memiliki banyak bukti tentang biolaboratorium yang telah dibuat AS di Ukraina. Sebanyak 36 biolaboratorium telah mengembangkan senjata biologis dan gas untuk digunakan terhadap negara yang diinginkan. Tentu saja untuk melawan Rusia. Jadi, kami sekarang ingin mencegah banyak tragedi terjadi.
Baca Juga: Rusia Kembali Lancarkan Serangan, Zelensky: Situasi di Donbass Sangat Sulit!
Tapi PBB bilang tidak ada tanda-tanda Lab Bioweapons Ukraina seperti klaim Rusia, dan AS menolak tudingan itu. Apa bukti kuat yang dimiliki (Rusia) tentang itu?
Sebenarnya, mereka mengonfirmasi. Anda tahu ketika Victoria Nuland memberikan bukti sebaliknya, dia mengakui ada biolaboratorium di Ukraina. Sekarang, Kementerian Pertahanan kami telah mengumpulkan bukti. Setelah kami memulai operasi ini dengan mendokumentasikan bahwa kegiatan ilegal ini terjadi di biolab, kami akan serahkan buktinya ke PBB.
Masih berharap konflik dituntaskan secara damai. Kami juga berharap yang sama.
Penulis : Iman Firdaus Editor : Hariyanto-Kurniawan
Sumber : Kompas TV