Resmi Daftar NATO, Finlandia Tetap Tolak Senjata Nuklir dan Pendirian Pangkalan Militer
Krisis rusia ukraina | 19 Mei 2022, 16:49 WIBHELSINKI, KOMPAS.TV - Perdana Menteri Finlandia Sanna Marin mengatakan negaranya tidak ingin NATO menggelar senjata nuklir atau mendirikan pangkalan militer di wilayahnya, bahkan jika Finlandia menjadi anggota dari aliansi itu, seperti dilansir harian Italia Corriere della Sera yang dikutip Straits Times, Kamis, (19/5/2022).
Finlandia dan Swedia resmi mendaftar untuk bergabung dengan aliansi Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) Rabu (18/5/2022). Keputusan itu didorong oleh serangan Rusia ke Ukraina, tetapi menghadapi keberatan dari Turki atas proses menjadi anggota NATO yang semula diperkirakan akan relatif cepat.
PM Marin, dalam kunjungan di Roma untuk bertemu dengan rekan Italianya PM Mario Draghi, mengatakan dia yakin masalah itu bisa diselesaikan melalui dialog.
"Saya pikir pada tahap ini, penting untuk tetap tenang, berdiskusi dengan Turki dan semua negara anggota lainnya, menjawab pertanyaan yang mungkin ada dan memperbaiki kesalahpahaman," kata PM Marin kepada harian Italia Corriere della Sera.
PM Marin juga mengatakan, pertanyaan tentang NATO yang menyebarkan senjata nuklir atau membuka pangkalan di Finlandia bukan bagian dari negosiasi keanggotaan Helsinki dengan NATO.
"Saya juga tidak berpikir (Finlandia) ada minat untuk menggelar senjata nuklir atau membuka pangkalan NATO di Finlandia," katanya.
Baca Juga: Tak Hanya Turki, Kroasia juga Tolak Finlandia dan Swedia Gabung NATO
Perdana Menteri Swedia Magdalena Andersson, yang seperti Finlandia juga mengajukan keanggotaan NATO, mengatakan negaranya juga tidak menginginkan pangkalan NATO permanen atau senjata nuklir di wilayah Swedia.
Turki, anggota NATO sejak 1952, menyatakan ketidaksetujuan yang tak terduga terhadap keanggotaan Finlandia dan Swedia, menuduh kedua negara menyembunyikan individu yang terkait dengan kelompok yang Turki anggap teroris.
Ankara juga mengutip embargo ekspor senjata negara-negara itu terhadap Turki setelah serangannya ke Suriah pada 2019.
Penulis : Edwin Shri Bimo Editor : Desy-Afrianti
Sumber : Kompas TV/Straits Times