Moskow Pastikan Sedang Bangun Infrastruktur dan Reorientasi Pasokan Energi ke Timur dan Asia Pasifik
Krisis rusia ukraina | 19 Mei 2022, 04:30 WIBMOSKOW, KOMPAS.TV - Moskow secara aktif mengerahkan infrastruktur untuk mengalihkan pasokan minyak dan gas ke Timur, di tengah manuver energi Uni Eropa yang agresif, sementara pendapatan minyak dan gas Rusia diperkirakan tidak akan menurun.
"Yang disebut embargo, pengenalan yang dibahas secara aktif di Uni Eropa, dapat lebih meningkatkan harga minyak," kata juru bicara Kementerian Luar Negeri Rusia Maria Zakharova dalam pengarahan mingguannya seperti laporan RIA Novosti, Rabu (18/5/2022).
Menurutnya, Moskow perlu melakukan reorientasi ekspor minyak dan gasnya.
"Ini bukan tugas yang mudah, solusinya adalah perubahan dalam rantai logistik dan masalah hukum, bidang bisnis. Rusia sudah secara aktif menyebarkan infrastruktur untuk ekspor batu bara, minyak dan gas ke Timur, seperti yang Anda tahu," kata juru bicara Kemlu Rusia itu.
“Kebutuhan energi di dunia, khususnya di kawasan Asia-Pasifik akan terus tumbuh, sehingga tidak perlu ada keraguan atas permintaan dan suplai energi dari Rusia,” pungkas diplomat tersebut.
Baca Juga: India Borong Gas Alam Rusia dengan Harga Diskon, Cuek dengan Sanksi Barat atas Energi dari Rusia
Sejumlah negara Barat saat ini memberlakukan sederet paket sanksi terhadap Rusia karena situasi di Ukraina.
Negara-negara Uni Eropa secara serius sedang mempertimbangkan kemungkinan meninggalkan minyak dan gas Rusia, dalam paket keenam sanksi Uni Eropa, tetapi sejumlah negara, khususnya, Hongaria, menghalangi penerapannya.
Penolakan minyak dan gas Rusia akan membawa konsekuensi besar bagi ekonomi Eropa dan dunia, kata Dmitry Birichevsky, direktur departemen kerja sama ekonomi di Kementerian Luar Negeri Rusia.
Menurutnya, Eropa sangat bergantung pada gas dan minyak Rusia. Bahkan jika bergerak ke penghematan total, menemukan pemasok di wilayah lain di dunia dan beralih ke sumber energi terbarukan,
"Dalam skenario paling ideal itu hanya akan mampu menggantikan hanya 80% dari sumber daya energi," kata Birichevsky.
Para ahli yakin kenaikan harga energi pada bulan Maret ke tingkat rekor tertinggi yang disebabkan oleh sanksi terhadap Rusia bukanlah batas tertingginya, kata Wakil Perdana Menteri Alexander Novak.
Penulis : Edwin Shri Bimo Editor : Gading-Persada
Sumber : RIA Novosti