Bentrok di Sidang DK-PBB Soal Korea Utara, AS Ingin Sanksi tapi China Ingin Dialog
Kompas dunia | 12 Mei 2022, 06:09 WIBNEW YORK, KOMPAS.TV - Amerika Serikat dan China mengambil sikap berlawanan di sidang Dewan Keamanan PBB hari Rabu (11/5/2022) tentang bagaimana mengurangi ketegangan dengan Korea Utara, dimana Washington ingin lebih banyak sanksi terhadap Pyongyang sementara Beijing menyerukan peringanan sanksi, seperti laporan Straits Times, Kamis, (12/5/2022)
Pertemuan darurat Dewan Keamanan PBB itu terjadi di tengah kekhawatiran bahwa Korea Utara akan melanjutkan uji coba nuklir dalam beberapa minggu mendatang.
"Sudah waktunya untuk berhenti memberikan izin diam-diam dan mulai mengambil tindakan," kata duta besar AS untuk PBB Linda Thomas-Greenfield. "Kita harus cepat berbalik untuk memperkuat... rezim sanksi, dan tidak mempertimbangkan keringanan sanksi."
Sementara Duta Besar China untuk PBB Zhang Jun menyebut kemungkinan eskalasi tersebut "mengkhawatirkan" seraya menyerukan untuk "menahan diri", menambahkan bahwa pengetatan sanksi dalam suasana saling tidak percaya adalah "tidak konstruktif".
"Apa yang ingin dihindari China adalah uji coba nuklir baru," Zhang Jun usai pertemuan itu.
“Makanya kami tidak ingin ada sanksi tambahan yang bisa memaksa salah satu pihak untuk mengambil tindakan lebih proaktif," tandas Zhang Jun.
Baca Juga: Korea Utara Kembali Tembak Rudal Balistik Antarbenua ke Laut Jepang, Bikin Tegang
"Berbicara lebih baik daripada tindakan pemaksaan. Kami melihat begitu banyak tindakan pemaksaan di dunia, di Suriah, di Irak, dan Afghanistan. Pernahkah Anda melihat hasil yang baik? Apa yang kami lihat hanyalah penderitaan kemanusiaan."
Wakil Duta Besar Rusia Anna Yevstigneeva juga menganjurkan resolusi yang diusulkan dengan China dan menyerukan dimulainya kembali dialog.
Pyongyang secara dramatis meningkatkan peluncuran rudal yang mengabaikan sanksi, seraya melakukan lebih dari selusin uji coba senjata sejak Januari termasuk menembakkan rudal balistik antarbenua pada jarak penuh untuk pertama kalinya sejak 2017.
Penulis : Edwin Shri Bimo Editor : Iman-Firdaus
Sumber : Kompas TV/Straits Times