Pemimpin Islam, Kristen dan Yahudi Mendesak Bank Hentikan Pendanaan yang Memicu Perubahan Iklim
Kompas dunia | 10 Mei 2022, 04:25 WIBJAKARTA, KOMPAS.TV- Para pemimpin dari agama Islam, Kristen, dan Yahudi bergabung dengan pejabat PBB untuk mendesak institusi keuangan berhenti mendanai kegiatan yang memicu perubahan iklim.
Para pemimpin dari Dewan Gereja Dunia, Dewan Tetua Muslim dan Dewan Rabi New York, AS, itu telah menandatangani pernyataan yang mengatakan bahwa bank, dana pensiun dan perusahaan asuransi memiliki kewajiban moral untuk tidak berkontribusi dalam perubahan iklim yang berdampak pada kehidupan bumi di masa depan.
Para pemimpin agama itu mengatakan mereka akan meminta para penyedia jasa keuangan untuk menghentikan investasi bahan bakar fosil dan sebaliknya menanam modal dalam energi terbarukan, dikutip dari Antara, Selasa (10/5/2022).
Menggunakan bahan bakar fosil seperti batubara dan minyak adalah sumber terbesar gas yang membuat panas iklim.
Menurut Sekjen PBB Antonio Guterres, sektor keuangan sudah terlalu lama kecanduan bahan bakar fosil. "Sudah terlalu lama sektor jasa keuangan telah memicu kecanduan dunia pada bahan bakar fosil," kata Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres dalam pernyataan itu.
"Kewajiban ilmiah dan moralnya jelas: tak perlu ada lagi investasi baru dalam perluasan bahan bakar fosil, termasuk produksi, infrastruktur dan eksplorasi," lanjutnya.
Baca Juga: Google Doodle Hari Bumi: Dampak Perubahan Iklim yang Mengkhawatirkan di 4 Sudut Bumi
Sementara panel ilmuwan terkemuka tentang iklim di PBB mengatakan dalam laporan bulan lalu bahwa memangkas emisi tersebut secara cepat dan drastis akan menjadi satu-satunya cara mencegah bencana akibat perubahan iklim.
Para aktivis lingkungan dalam beberapa tahun terakhir telah mendesak produsen minyak dan perusahaan lain yang secara langsung ikut mengotori iklim untuk juga menekan investor dan institusi keuangan yang mendanai mereka.
Baca Juga: Sandiaga Uno Bicara Kebangkitan Pariwisata Indonesia pada Forum PBB di New York
Penulis : Iman-Firdaus
Sumber : Kompas TV