Ferdinand Marcos Jr Unggul Sangat Telak di Penghitungan Suara, Hampir Pasti Jadi Presiden Filipina
Kompas dunia | 10 Mei 2022, 04:55 WIBMANILA, KOMPAS.TV - Setelah menunggu lebih dari 30 tahun, Ferdinand Marcos Jr unggul telak dalam penghitungan suara pada dini hari, Selasa (10/5/2022), dan hampir pasti menjadi presiden ke-17 Filipina, menggantikan Rodrigo Duterte yang akan mengakhiri masa jabatan, seperti laporan Straits Times, Selasa (10/5/2022).
Pada pukul 11 malam hari Senin (9/5/2022), beberapa jam setelah pemungutan suara ditutup dalam pemilihan presiden, Ferdinand Marcos Jr, biasa dipanggil Bongbong yang berusia 64 tahun meraih lebih dari 26 juta suara dalam penghitungan suara.
Saingan terdekatnya, Wakil Presiden petahana Leni Robredo, 57 tahun, berada di belakang dengan lebih dari 13,3 juta suara, dengan lebih 45 juta dari sekitar 67 juta suara dihitung.
Analis data mengatakan Marcos Jr diperkirakan akan meraih antara 27 juta dan 32 juta suara, dan Leni Robredo akan mendapatkan paling banyak 15 juta, kata mereka.
Calon wakil presiden Marcos Jr, Sara Duterte-Carpio, putri Presiden Rodrigo Duterte yang akan mengakhiri masa jabatan, siap menjadi wakil presiden, dengan keunggulan 14 juta atas Senator peringkat kedua Kiko Pangilinan, calon wakil presiden Robredo.
Hasil Senin malam sejalan dengan jajak pendapat yang memperkirakan kemenangan telak untuk Marcos Jr dan Duterte-Carpio.
Baca Juga: Filipina Jelang Pemungutan Suara, Inilah Kandidat yang Bersaing Sengit
Jutaan pemilih memadati daerah pemilihan mereka sebelum pemungutan suara dimulai pada pukul 6 pagi, mengantre di bawah terik matahari pagi selama berjam-jam, untuk memastikan suara mereka dihitung dalam apa yang dianggap sebagai pemilihan paling penting dan paling diperebutkan dalam sejarah Filipina selama lebih dari 30 tahun.
Pendukung Robredo percaya kesenjangan suara itu jauh lebih sempit, mengutip jumlah pemilih yang sangat besar dalam rapat akbar politiknya, semangat yang ditunjukkan oleh sebagian besar sukarelawan mudanya, dan kekurangan dalam survei.
"Tapi itu adalah celah besar untuk ditutup," kata Peter Mumford, analis utama untuk Asia Selatan dan Tenggara di konsultan risiko politik Eurasia Group.
Jumlah pemilih yang besar pada hari Senin di pagi hari mencerminkan betapa sengitnya pertarungan kontes politik tahun ini, sebagian besar karena apa yang diwakili oleh dua kandidat teratas.
Marcos Jr menyebut dirinya sebagai "kandidat kontinuitas", orang yang akan melanjutkan kebijakan Duterte, termasuk perang narkoba berdarah dan pemulihan hubungan dengan China.
Bagi para kritikus, ia mewakili kembalinya kekuasaan dinasti politik. Berdasarkan catatan pengadilan dan catatan sejarah, mendiang Ferdinand Marcos dianggap bertanggung jawab atas pembunuhan massal dan kleptokrasi yang dilembagakan selama 20 tahun pemerintahan yang berakhir tahun 1986 ketika pemberontakan sipil yang didukung militer memaksa Marcos dan keluarga melarikan diri dari Filipina.
Baca Juga: Menyusul Hilangnya Puluhan Pekerja, Presiden Filipina Rodrigo Duterte Larang Sabung Ayam Online
Leni Robredo, di sisi lain, adalah pewaris gerakan pro-demokrasi 1986 yang menggulingkan mendiang Ferdinand Marcos Sr.
Robredo menolak narasi keluarga Marcos bahwa tahun-tahun Marcos ditandai dengan perdamaian dan kemakmuran, dan pemberontakan 1986 tidak lebih dari sebuah kudeta yang diatur oleh minoritas yang kuat.
Robredo juga mengatakan, bila terpilih, dia akan membatalkan banyak kebijakan Duterte. Perbedaan politik ini mendorong perpecahan di antara keluarga dan teman.
Penulis : Edwin Shri Bimo Editor : Hariyanto-Kurniawan
Sumber : Straits Times