> >

Pidato Hari Kemenangan Putin dan Zelensky Sama Keras, Tanda Perang Masih Panjang?

Krisis rusia ukraina | 9 Mei 2022, 20:53 WIB
Larisa Menkenova membawa potret empat kerabatnya yang berjuang melawan Nazi Jerman dalam longmars Resimen Abadi pada peringatan Hari Kemenangan di Moskow, Rusia, Senin (9/5/2022). (Sumber: Alexander Zemlianichenko/Associated Press)

MOSKOW, KOMPAS.TV - Perayaan Hari Kemenangan yang menandai menyerahnya Nazi Jerman kepada Uni Soviet diperingati oleh Rusia dan Ukraina yang kini tengah berperang, Senin (9/5/2022). Presiden kedua negara, Vladimir Putin dan Volodymyr Zelensky sama-sama berpidato pada hari bersejarah tersebut.

Putin menghadiri parade Hari Kemenangan megah di Lapangan Merah, Moskow. Rusia memamerkan barisan prajurit dan perlengkapan militer untuk memperingati peran Uni Soviet pada Perang Dunia Kedua lalu.

Ketika berpidato, Putin tidak menyinggung langkah Rusia untuk mengakhiri perang, justru lebih banyak menegaskan klaim Ukraina dan NATO adalah “ancaman” Rusia.

Putin mengaku pihaknya berhak meluncurkan serangan pendahuluan (pre-emptive strike) karena ekspansi NATO ke Eropa Timur. Ia menjustifikasi invasi ke Ukraina untuk mencegah perang “yang tidak bisa dielakkan” lawan NATO.

Baca Juga: Samakan Putin dan Rusia dengan Nazi, Menteri Pertahanan Inggris: Nasib Mereka Juga Akan Sama

“Bahaya semakin meningkat dari hari ke hari. Rusia memutuskan respons pendahuluan terhadap agresi. Ini (invasi ke Ukraina) terpaksa, tepat waktu, dan satu-satunya keputusan yang benar,” kata Putin dalam pidatonya sebagaimana dikutip Associated Press.

Walaupun telah memfokuskan agresi ke kawasan Donbass usai gagal merebut Kiev, pasukan Rusia urung mencapai kemajuan berarti.

Sejumlah kalangan khawatir Putin akan mendeklarasikan secara resmi perang lawan Ukraina dan mengumumkan mobilisasi massal untuk menyokong agresi. 

Perang yang semakin panjang di Ukraina menghadirkan tantangan tersendiri bagi Rusia, mengingat sumber daya perang konvensional mereka yang menipis dan bantuan senjata konstan untuk rezim Kiev.

Di lain sisi, kegagalan Rusia di Ukraina sejauh ini pun mesti dibayar mahal dengan sanksi meluas yang menjerat ekonomi Rusia.

Penulis : Ikhsan Abdul Hakim Editor : Edy-A.-Putra

Sumber : Associated Press


TERBARU