> >

Pasukan Ukraina di Mariupol Tak Dapat Meloloskan Diri Dari Kepungan Rusia

Krisis rusia ukraina | 6 Mei 2022, 06:43 WIB
Asap mengepul dari Metallurgical Combine Azovstal di Mariupol, di wilayah yang berada di bawah pemerintahan Republik Rakyat Donetsk, Ukraina timur, Selasa, 3 Mei 2022. (Sumber: Associated Press)

JENEWA, KOMPAS.TV — Setelah beberapa warga sipil dievakuasi dari pabrik baja yang dikepung oleh pasukan Rusia di pelabuhan Mariupol, perhatian kini beralih ke nasib ratusan tentara Ukraina yang masih berada di dalam pabrik baja. Mereka diyakini tidak dapat meloloskan diri dari kepungan pasukan Rusia.

Pilihan mereka tampaknya adalah berjuang sampai mati atau menyerah dengan harapan dapat diselamatkan di bawah ketentuan hukum humaniter internasional. Tetapi para ahli mengatakan pasukan Ukraina tidak mungkin diberikan jalan keluar yang mudah oleh Rusia. 

“Mereka memiliki hak untuk berjuang sampai mati, tetapi jika mereka menyerah kepada Rusia, mereka dapat ditahan,” kata Marco Sassoli, seorang profesor hukum internasional di Universitas Jenewa. “Itu hanya pilihan mereka,” ujarnya seperti dikutip dari The Associated Press, Jumat (6/5/2022)

Baca Juga: Kremlin Bantah Pasukan Rusia Serbu Pabrik Baja di Mariupol, Perintah Putin Belum Berubah

Sassoli mengatakan, tidak boleh dikesampingkan bahwa Rusia dapat memperlakukan mereka sesuai dengan hukum internasional. “Tidak akurat untuk mengatakan orang-orang malang di Azovstal ini tidak boleh menyerah kepada Rusia karena Rusia akan mengeksekusi atau menyiksa mereka.”

Laurie Blank, seorang profesor di Emory Law School di Atlanta yang mengkhususkan diri dalam hukum humaniter internasional dan hukum konflik bersenjata, mengatakan pejuang yang terluka dianggap "hors de combat" - secara harfiah "keluar dari pertarungan" - dan dapat ditahan sebagai tawanan perang.

“Rusia dapat membiarkan pasukan Ukraina yang terluka kembali ke wilayah Ukraina tetapi tidak diharuskan,” katanya.

Pabrik baja Azovstal yang berada di tepi laut yang luas adalah tujuan perang utama bagi pasukan Rusia. Pabrik baja ini diyakini sebagai pertahanan terakhir di pesisir tenggara Ukraina.

Istri dari setidaknya dua tentara Ukraina yang berada di dalam Azovstal memohon komunitas internasional untuk mengevakuasi tentara di sana. Ia mengatakan mereka berhak mendapatkan hak yang sama sebagai warga sipil.

Suami Kateryna Prokopenko, Denys Prokopenko, memimpin Resimen Azov yang telah mempertahankan pabrik baja selama pengepungan Mariupol oleh Rusia. Dia menyuarakan keprihatinan pada hari Kamis (5/5/2022). 

Baca Juga: Zelensky Klaim Sudah Evakuasi Ratusan Warga dari Mariupol, 150 Orang dari Bunker Pabrik Azovstal

“Mereka sedang menunggu operasi evakuasi dari Eropa, atau mereka semua akan mati,” ujarnya.
Pihak berwenang Ukraina juga menuntut agar Rusia menawarkan tentara Azovstal jalan keluar yang aman - dengan senjata mereka. Tetapi para ahli mengatakan hampir tidak pernah terjadi sebelumnya, jika para tentara dibiarkan keluar dengan bebas. 

“Tidak mungkin Rusia mengizinkan pasukan Ukraina meninggalkan pabrik dengan senjata mereka dan tidak ada undang-undang yang mengharuskan itu,” kata Blank.

Sebaliknya, militer Rusia telah meminta pasukan di dalam Azovstal untuk meletakkan senjata mereka dan keluar dengan bendera putih. Dikatakan mereka yang menyerah tidak akan dibunuh, sesuai dengan hukum internasional.

Penulis : Tussie Ayu Editor : Desy-Afrianti

Sumber : Associated Press


TERBARU