> >

Kebijakan Barat akan Bikin Ukraina Bubar dan Terpecah, Tuding Sekretaris Dewan Keamanan Rusia

Krisis rusia ukraina | 27 April 2022, 05:05 WIB
Sekretaris Dewan Keamanan Rusia Nikolai Patrushev, Selasa (26/4/2022), mengungkapkan Ukraina akan bubar dan terpecah menjadi beberapa negara akibat kebijakan Barat saat ini, termasuk kebijakan Kiev yang dikendalikan Barat. (Sumber: RIA Novosti)

MOSKOW, KOMPAS.TV — Sekretaris Dewan Keamanan Rusia Nikolai Patrushev, Selasa (26/4/2022), mengungkapkan Ukraina akan bubar dan terpecah menjadi beberapa negara akibat kebijakan Barat saat ini, termasuk kebijakan Kiev yang dikendalikan Barat.

Menurut Patrushev, Amerika Serikat mencoba membuat rakyat Rusia dan Ukraina berseberangan, "memutuskan untuk membuat antipode negara kita" dan mencoba untuk membagi apa yang pada dasarnya adalah satu bangsa.

“Gagal menemukan dasar positif untuk memenangi Ukraina ke sisi Barat jauh sebelum kudeta 2014, Washington menanamkan eksklusivitas bangsa Ukraina dan kebencian untuk semua yang terkait Rusia," kata Patrushev, seperti dilaporkan Rossiyskaya Gazeta yang dikutip Associated Press, Selasa.

Patrushev menambahkan, jika ada yang hari ini menyatukan rakyat di Ukraina, hal itu adalah ketakutan akan kekejaman batalyon nasionalis.

"Oleh karena itu, akibat dari kebijakan Barat dan rezim Kiev yang berada di bawah kendalinya, hanya dapat berupa disintegrasi Ukraina menjadi beberapa negara bagian," tegasnya.

Pada saat yang sama Patrushev menekankan, seperti yang diajarkan sejarah, kebencian tidak akan pernah bisa menjadi faktor yang dapat diandalkan dalam persatuan nasional.

Nyawa jutaan orang bergantung pada pencapaian tujuan operasi militer khusus Rusia di Ukraina, lanjut Patrushev.

Baca Juga: Kisah Jurnalis Rusia yang Kunjungi Banyak Kamar Mayat demi Cari Bukti Objektif Perang di Ukraina

Menteri Pertahanan AS Lloyd Austin, kiri, Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy, tengah, dan Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken, kanan, usai bertemu di Kiev, Minggu (25/4/2022). (Sumber: Ukraine Presidential Office)

“Tujuan kami adalah untuk mengalahkan pijakan neo-Nazisme yang diciptakan oleh Barat di perbatasan kami," kata sekretaris Dewan Keamanan Federasi Rusia yang sangat berkuasa itu.

"Kebutuhan demiliterisasi adalah karena fakta bahwa Ukraina, yang penuh dengan senjata, merupakan ancaman bagi Rusia, termasuk pengembangan dan penggunaan senjata nuklir, kimia dan biologi."

Pernyataan itu muncul ketika Rusia melakukan ofensif tempur untuk memperluas kendali atas jantung industri timur Ukraina yang disebut Donbas, terdiri dari Donetsk dan Lugansk.

Separatis yang didukung Moskow memerdekakan diri dan melawan pasukan Ukraina di sana sejak 2014 ketika konflik meletus setelah Rusia mengintegrasikan Semenanjung Krimea ke dalam Federasi Rusia.

Moskow melancarkan aksi militer di Ukraina pada 24 Februari, beberapa hari setelah mengakui kemerdekaan wilayah Donetsk dan Lugansk.

Pekan lalu, seorang perwira senior militer Rusia mengatakan, selain mengambil alih Donbas, Rusia juga ingin mengambil alih Ukraina selatan, dengan mengatakan langkah seperti itu juga akan membuka koridor darat antara Rusia dan wilayah separatis Trans-Dniester di Moldova.

Penulis : Edwin Shri Bimo Editor : Edy-A.-Putra

Sumber : Kompas TV/Associated Press/Rossiyskaya Gazeta/RIA Novosti


TERBARU