> >

Ukraina Marah Atas Prosesi Jumat Agung Paus di Vatikan, Disebut Tak Pantas dan Ambigu

Krisis rusia ukraina | 17 April 2022, 10:46 WIB
Prosesi Jumat Agung Paus di Vatikan, Roma, Jumat (15/4/2022), saat dua perempuan dari Rusia dan Ukraina, bersama membawa salib ternyata menimbulkan kemarahan rakyat Ukraina. (Sumber: AP Photo/Alessandra Tarantino)

ROMA, KOMPAS.TV - Rakyat Ukraina marah atas prosesi Jumat Agung Paus di Vatikan, Roma, Jumat (15/4/2022).

Pada prosesi tersebut seorang perempuan Ukraina dan Rusia berjalan bersama sambil membawa Salib.

Saat kedua perempuan yang sama-sama bekerja di sebuah rumah sakit di Roma itu berjalan, para jemaat yang diundang berhenti sejenak dalam keheningan doa dan berdoa dari dalam hati untuk perdamaian dunia.

Tetapi hal itu menimbulkan kemarahan dan kritikan dari warga Ukraina, yang sejak 24 Februari lalu menderita karena serangan yang dilakukan Rusia.

Baca Juga: Rusia Klaim Kuasai Mariupol Sepenuhnya, Perintahkan Pejuang Ukraina Menyerah atau Mati

Selain itu, prosesi tersebut menggambarkan sebagai ide rekonsiliasi bagi Ukraina dan Rusia.

Dikutip dari Politico, sebelumnya Uskup Katolik Yunani Kiev, Sviatoslav Shevchuk menegaskan ide itu tak pantas dan ambigu, serta tak memperhitungkan konteks agresi militer Rusia terhadap Ukraina.

“Gerakan itu tak koheren dan bahkan ofensif, terutama saat kami menunggu serangan kedua yang lebih berdarah dari pasukan Rusia di kota-kota dan desa-desa kami,” ujarnya, Selasa (12/4/2022).

Shevchuk mengatakan bahwa sejumlah umat Katolik Ukraina telah memintanya menyampaikan kemarahan dan penolakan rencana tersebut kepada Takhta Suci.

Menurutnya, rekonsiliasi hanya akan mungkin terjadi ketika perang berakhir dan mereka yang bersalah atas kejahatan kemanusiaan telah diadili.

Duta Besar Ukraina untuk Vatikan, Andrii Yurash dalam cuitan di Twitter-nya mengungkapkan ada kekhawatiran di Ukraina dan komunitas lainnya.

Ia juga menegaskan akan bekerja untuk mencoba menjelaskan kesulitan dan kemungkinan konsekuensinya.

Baca Juga: Rusia Makamkan Seorang Perwira Tinggi yang Tewas Bertempur di Ukraina, Mayjen Vladimir Frolov

Dua perawat di rumah sakit Roma, yang membawa salib tersebut hanya diketahui Irina dari Ukraina, dan Albina dari Rusia.

Vatikan sendiri tidak menanggapi protes tersebut.

Tetapi sebagai reaksi terhadap prosesi tersebut, meditasi asli yang dibacakan saat keduanya memikuli salib jadi dipersingkat.

Menurut Juru Bicara Vatikan, Matteo Bruni, pembacaan itu dipersingkat untuk membiarkan orang-orang dalam “keheningan doa”.

Penulis : Haryo Jati Editor : Purwanto

Sumber : Politico


TERBARU