> >

Eropa Sepakat Melarang Batu Bara Rusia, tapi Belum Larang Minyak dan Gas

Krisis rusia ukraina | 8 April 2022, 05:58 WIB
Kilang penyulingan minyak di Gelsenkirchen, Jerman, Selasa, 5 April 2022. Pemerintah Eropa siap untuk melarang impor batubara Rusia meskipun tagihan listrik dan inflasi hampir pasti terjadi jika langkah ini diberlakukan. (Sumber: Foto AP/Martin Meissner)

BRUSSELS, KOMPAS.TV - Negara-negara Uni Eropa sepakat untuk memberi sanksi pada Rusia, yaitu melarang impor batu bara asal negara yang dipimpin Vladimir Putin ini.

Sanksi tersebut merupakan pertama kalinya di bidang industri energi yang vital, sejak Rusia menginvasi Ukraina.

Namun demikian, Uni Eropa tidak menemui kesepakatan untuk menyetujui pelarangan impor minyak dan gas dari Rusia.

Menurut Komisi Eksekutif Uni Eropa, larangan batu bara ini akan merugikan Rusia sebanyak $4,4 miliar per tahun.

Analis energi dan importir batu bara mengatakan Eropa dapat menggantikan pasokan Rusia dalam beberapa bulan dari negara lain, termasuk Amerika Serikat (AS).

Langkah ini dianggap penting karena melanggar tabu untuk memutuskan hubungan energi Eropa dengan Rusia. Ini juga pasti akan memicu inflasi yang sudah mencapai rekor tinggi.

Tetapi dibandingkan dengan gas alam dan minyak, batu bara adalah yang paling mudah untuk diputus dengan cepat dan menimbulkan kerusakan yang jauh lebih sedikit pada ekonomi Eropa.

Adapun Uni Eropa membayar Rusia $20 juta per hari untuk batu bara, tetapi $850 juta per hari untuk minyak dan gas.

Baca Juga: Majelis Umum PBB Bekukan Rusia dari Badan HAM PBB, Indonesia Abstain, Dukung Penyelidikan Independen

Berita mengejutkan tentang pembantaian warga Bucha di Ukraina oleh tentara Rusia, membuat Uni Eropa mempertimbangkan sanksi lebih luas pada Rusia.

Uni Eropa mengatakan tengah menargetkan minyak Rusia.

Sementara Uni Eropa mempertimbangkan sanksi tambahan, Perdana Menteri Italia Mario Draghi mengatakan embargo gas alam Rusia tidak dipertimbangkan pada saat ini.

“Dan saya tidak tahu apakah itu akan ada di atas meja,” katanya kepada wartawan, Rabu (7/4) lalu seperti dikutip dari The Associated Press.

Negara-negara Uni Eropa, terutama ekonomi besar seperti Italia dan Jerman, sangat bergantung pada gas alam Rusia untuk memanaskan dan mendinginkan rumah, menghasilkan listrik, dan menjaga agar industri tetap berputar.

Namun, Draghi mengatakan, semakin besar perang ini, negara-negara sekutu akan bertanya, apa lagi yang bisa dilakukan koalisi sekutu ini untuk melemahkan Rusia dengan harapan untuk menghentikan perang.

“Jika embargo gas diusulkan, Italia akan sangat senang mengikutinya jika itu memungkinkan perdamaian. Kalau harga gas bisa ditukar dengan perdamaian, apa yang kita pilih? Perdamaian? Atau menyalakan AC di musim panas?” kata Draghi. 

Baca Juga: 60 Prajurit Terjun Payung Rusia Tolak Berperang di Ukraina, Putin Murka

Untuk saat ini, bahkan larangan batu bara membawa konsekuensi yang mengkhawatirkan bagi politisi dan konsumen.

Jerman dan anggota Uni Eropa di Eropa Timur masih menghasilkan sebagian besar listrik mereka dari batu bara meskipun telah bertahun-tahun melakukan transisi menuju sumber energi yang lebih bersih.

“Larangan batu bara berarti konsumen Eropa harus bersiap menghadapi harga listrik yang tinggi sepanjang tahun ini,” menurut pernyataan Rystad Energy.

Eropa telah menghadapi harga energi yang tinggi selama berbulan-bulan karena krisis pasokan, dan kegelisahan atas perang telah mengirim mereka bahkan lebih tinggi.

Pemerintah telah meluncurkan dukungan tunai dan keringanan pajak untuk konsumen yang terkena tagihan listrik yang lebih tinggi. Harga energi yang tinggi telah mendorong inflasi di 19 negara anggota yang menggunakan mata uang euro ke rekor 7,5%.

Penulis : Tussie Ayu Editor : Gading-Persada

Sumber : Associated Press


TERBARU