Majelis Umum PBB Bekukan Rusia dari Badan HAM PBB, Indonesia Abstain, Dukung Penyelidikan Independen
Krisis rusia ukraina | 8 April 2022, 03:48 WIBYang lainnya menyebut resolusi itu mencerminkan agenda geopolitik Amerika Serikat (AS) dan Eropa. Juga, merupakan kemunafikan Barat dan kemarahan selektif tentang hak asasi manusia.
Sebelum pemungutan suara, Duta Besar Ukraina untuk PBB Sergiy Kyslytsya mendesak anggota majelis untuk menjaga Dewan HAM agar tidak “tenggelam” dan menangguhkan Rusia. Ia mengatakan Rusia telah melakukan “pelanggaran dan pelanggaran hak asasi manusia yang mengerikan yang akan disamakan dengan kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan.”
Wakil Duta Besar Rusia Gennady Kuzmin mendesak anggota untuk memilih “tidak.”
"Apa yang kita lihat hari ini adalah upaya AS untuk mempertahankan posisi dominan dan kontrol totalnya," katanya. “Kami menolak tuduhan tidak benar terhadap kami, berdasarkan peristiwa yang dipentaskan dan palsu yang beredar luas.”
Dalam seruan kepada beberapa negara anggota sebelum pemungutan suara, Rusia mengatakan, upaya untuk mengeluarkannya dari Dewan HAM PBB bersifat politis dan didukung oleh negara-negara yang ingin mempertahankan posisi dominan dan kontrol mereka atas dunia.
Baca Juga: PBB Sebut Warga Sipil Sengaja Disasar dalam Pembantaian Bucha
Negara-negara itu, kata diplomat Rusia Vasily Nebenzya di Majelis Umum PBB, ingin melanjutkan “politik neo-kolonialisme hak asasi manusia” dalam hubungan internasional. Nebenzya bersikeras, prioritas negaranya adalah untuk mempromosikan dan membela hak asasi manusia, termasuk secara multilateral di Dewan HAM PBB.
Berbasis di Jenewa, para anggota Dewan HAM PBB dipilih oleh Majelis Umum untuk masa jabatan tiga tahun. Masa jabatan Rusia berakhir pada Desember 2023.
Resolusi Maret 2006 yang membentuk Dewan HAM PBB mengatakan, majelis umum dapat menangguhkan hak keanggotaan suatu negara “yang melakukan pelanggaran berat dan sistematis terhadap hak asasi manusia.”
Resolusi singkat yang telah disetujui itu mengungkapkan “keprihatinan besar atas krisis hak asasi manusia dan kemanusiaan yang sedang berlangsung di Ukraina, khususnya atas laporan pelanggaran dan pelanggaran hak asasi manusia dan pelanggaran hukum humaniter internasional oleh Federasi Rusia, termasuk pelanggaran berat dan sistematis dan pelanggaran hak asasi manusia.”
Majelis Umum memberikan suara 140-5 dengan 38 abstain pada 24 Maret pada resolusi menyalahkan Rusia atas krisis kemanusiaan di Ukraina. Majelis Umum juga mendesak gencatan senjata segera dan perlindungan bagi jutaan warga sipil dan rumah, sekolah, dan rumah sakit penting untuk kelangsungan hidup mereka.
Baca Juga: Pembunuhan Warga Sipil Ukraina, PBB Duga Rusia Lakukan Kejahatan Perang
Pemungutan suara itu hampir persis sama dengan resolusi 2 Maret yang diadopsi majelis yang menuntut gencatan senjata Rusia segera, penarikan semua pasukannya, dan perlindungan bagi semua warga sipil. Hasil pemungutan suara itu adalah 141-5 dengan 35 abstain.
China abstain dalam kedua pemungutan suara majelis umum sebelumnya. Namun, kali ini China memilih menentang penangguhan Rusia dari Dewan HAM PBB.
“Langkah tergesa-gesa di Majelis Umum, yang memaksa negara-negara untuk memilih pihak, akan memperburuk perpecahan di antara negara-negara anggota dan membuat konfrontasi makin intensif antara pihak-pihak terkait,” kata Duta Besar China Zhang Jun. “Ini seperti menambahkan bahan bakar ke dalam api.”
Sementara itu, India abstain untuk ketiga kalinya. Duta Besar India T. S. Tirumurti mengatakan, negaranya tidak memihak -- kecuali “memihak perdamaian dan untuk segera mengakhiri kekerasan.”
“Ketika nyawa manusia yang tidak bersalah dipertaruhkan, diplomasi harus menang sebagai satu-satunya pilihan yang layak,” tambahnya.
Penulis : Edwin Shri Bimo Editor : Vyara-Lestari
Sumber : Associated Press