> >

Parlemen Tunisia Sidang Paripurna Pertama Sejak Dibekukan, Presiden Kaies Said Anggap itu Ilegal

Kompas dunia | 30 Maret 2022, 22:43 WIB
Presiden Tunisia Kais Saied, tengah. Anggota parlemen Tunisia hari Rabu, (30/3/2022) mengatakan mereka akan menentang presiden Tunisia Kais Saied saat melaksanakan sidang paripurna pertama secara daring, seperti dilaporkan Antara, Rabu, (30/3/2022). Presiden Kais Saied anggap sidang itu ilegal. (Sumber: AP Photo/Slim Abid)

Meningkatnya kepercayaan diri parlemen mencerminkan penentangan yang meluas terhadap Saied ketika ia mencoba untuk merevisi konstitusi, seraya mengambil alih peradilan dan memberlakukan pembatasan baru pada masyarakat sipil.

Ennahda adalah partai terbesar di parlemen dengan seperempat jumlah kursi dan pemimpinnya Rached Ghannouchi menjadi ketua parlemen dan pengkritik Saied paling lantang.

Baca Juga: Presiden Tunisia Ingin Para Miliarder Korup Tukar Penjara dengan Bangun Daerah Miskin

Perdana Menteri Tunisia, Najla Bouden Romdhane dalam upacara sumpah jabatan kabinet baru di Tunis, Senin (11/10/2021). (Sumber: Slim Abid/Kantor Kepresidenan Tunisia via Associated Press)

Meskipun partai-partai politik tetap terbelah satu sama lain, lebih banyak dari parpol itu sekarang secara terbuka berunjuk rasa menentang Saied dan menuntut dia mengadopsi pendekatan inklusif pada upaya merestrukturisasi politik negara.

Tunisia melengserkan pemerintahan otokratis dalam revolusi 2011 dan memperkenalkan demokrasi, tapi sistemnya yang membagi kekuasaan antara presiden dan parlemen terbukti tidak populer setelah bertahun-tahun mengalami kelumpuhan politik dan stagnasi ekonomi.

Saied, seorang pendatang baru politik dan profesor hukum tata negara, terpilih tahun 2019 dalam kemenangan telak putaran kedua melawan seorang taipan media yang menghadapi tuduhan korupsi, dimana saat itu Saied berjanji untuk membersihkan politik Tunisia.

Para pengkritiknya menuduh Saied melakukan kudeta musim panas lalu ketika dia menggulingkan parlemen terpilih dan beralih memerintah sendirian. Para pengritik itu mengatakan reformasi politik Saied kurang kredibel.

Ketika ekonomi bergerak menuju bencana dan pemerintah mencari talangan internasional serta serikat pekerja memperingatkan pemogokan umum, banyak orang Tunisia menjadi kecewa dengan fokus Saied pada perubahan konstitusi.

Namun, intervensi Saied musim panas lalu tampaknya sangat populer di negara yang muak dengan pertengkaran politik yang menjadi ciri era demokrasi ketika lapangan kerja semakin langka dan layanan publik menurun.

Penulis : Edwin Shri Bimo Editor : Iman-Firdaus

Sumber : Kompas TV/Antara/Africa News


TERBARU