AS Kirim Rudal Patriot Usai Serangan Rudal Houthi yang Lumpuhkan Setengah Produksi Minyak Arab Saudi
Kompas dunia | 22 Maret 2022, 03:00 WIB“Masyarakat internasional harus memikul tanggung jawabnya untuk melestarikan pasokan energi,” tambah pernyataan Saudi. Hal ini untuk mencegah serangan lebih jauh yang membahayakan kemampuan produksi dan kemampuan untuk memenuhi komitmen Arab Saudi.
Patokan minyak internasional, minyak mentah Brent melompak di atas USD112 per barel pada perdagangan Senin, naik lebih dari 4 persen dibanding sesi sebelumnya, walau di bawah puncak hampir USD140 per barel yang dicapai awal bulan ini, namun masih sekitar USD15 per barel lebih tinggi daripada sebelum invasi Rusia ke Ukraina.
Hari Minggu, pemberontak Yaman yang didukung Iran meluncurkan salah satu rangkaian serangan paling intens yang menargetkan produksi minyak dan gas alam Arab Saudi, memicu kebakaran di pusat distribusi minyak di pelabuhan Jiddah, kota terbesar kedua di negara itu, dan mengganggu produksi di kompleks petrokimia Yanbu di pantai Laut Merah.
Tingkat keseluruhan kerusakan pada instalasi belum tidak jelas. Kementerian Energi Arab Saudi mengakui penurunan sementara produksi minyak di situs Yanbu sebanyak 400.000 barel per hari, tanpa menjelaskan lebih lanjut.
Baca Juga: Arab Saudi Kembali Jadi Pemasok Minyak Mentah Utama China
Pemerintah Arab Saudi mengutuk serangan itu sebagai ancaman terhadap keamanan pasokan minyak global "dalam keadaan yang sangat sensitif ini."
Bahkan sebelum tank Rusia meluncur ke Ukraina, pasokan energi global sedang berjuang untuk mengimbangi lonjakan permintaan pascapandemi.
Sanksi hukuman Barat atas Moskow, di antara produsen dan eksportir minyak terbesar di dunia, menimbulkan lebih banyak gejolak di pasar.
Gelombang serangan Houthi yang tak henti-hentinya dimulai sebelum fajar pada hari Minggu dan secara sporadis menggempur situs-situs di seluruh selatan dan barat kerajaan selama berjam-jam, dengan deru dan dentuman pencegat rudal mengguncang penduduk di Jiddah sampai tepat sebelum tengah malam.
Serangan terhadap instalasi yang dijalankan oleh perusahaan minyak nasional Arab Saudi, Aramco, salah satu perusahaan paling mahal di dunia, mengungkap kesenjangan dalam pertahanan Arab Saudi.
Rentetan serangan rudal kelompok Houthi terhadap fasilitas minyak Arab Saudi menandai eskalasi serius dalam perang Yaman yang meletus pada tahun 2014 ketika Houthi yang didukung Iran merebut ibu kota, Sanaa, dan sebagian besar utara negara itu.
Arab Saudi dan sekutunya menanggapi dengan kampanye udara yang menghancurkan untuk mengusir Houthi dan memulihkan pemerintah yang diakui secara internasional.
Tujuh tahun kemudian, konflik tersebut berubah menjadi kebuntuan berdarah dan melahirkan bencana kemanusiaan terburuk di dunia.
Penulis : Edwin Shri Bimo Editor : Hariyanto-Kurniawan
Sumber : Associated Press