> >

Mengapa Putin Pakai Hantu Nazi untuk Justifikasi Invasi ke Ukraina?

Krisis rusia ukraina | 19 Maret 2022, 16:07 WIB
Ilustrasi. Seorang demonstran di Dusseldorf, Jerman membawa poster yang menyamakan Vladimir Putin dengan Adolf Hitler. Presiden Rusia Vladimir Putin memakai dalih memberantas Nazisme untuk menjustifikasi invasi ke Ukraina, kenapa? (Sumber: Roberto Pfeil/DPA via Associated Press)

YOGYAKARTA, KOMPAS.TV - Sejak awal meluncurkan invasi ke Ukraina, Presiden Rusia Vladimir Putin berdalih bahwa operasi militernya bertujuan untuk “demiliterisasi dan denazifikasi” Ukraina.

Walaupun Presiden Volodymyr Zelensky adalah keturunan Yahudi, dan keluarganya turut dibantai Nazi Jerman, Putin tetap memaksakan klaim tersebut.

Kremlin sendiri mencitrakan sosok Zelensky serupa Yahudi yang dipaksa bekerja sama dengan Nazi selama Holocaust berlangsung.

Setidaknya hingga Jumat (18/3/2022) lalu, Putin kembali mencitrakan musuhnya di Ukraina sebagai “neo-Nazi”.

Nazisme, Holocaust, dan Perang Dunia Kedua alat naratif penting bagi Putin untuk menjustifikasi serbuannya ke Ukraina. Namun, kalangan sejarawan menganggap dalih Putin sebatas disinformasi dan plot jahat untuk mencapai tujuannya.

Lalu, mengapa hantu-hantu Nazi dibangkitkan Putin untuk mencitrakan Ukraina? Sejarawan menyebutnya terkait sejarah heroisme Uni Soviet mengalahkan Nazi Jerman pada Perang Dunia Kedua.

Perang yang mendefiniskan Rusia

Uni Soviet diperkirakan kehilangan hampir 27 juta jiwa selama perang besar melawan Nazi Jerman. Perang Dunia Kedua pun menjadi peristiwa yang memperkuat identitas nasional Rusia.

Baca Juga: Pesan Arnold Schwarznegger ke Rusia, Sebut Putin Berbohong dan Minta Serangan ke Ukraina Dihentikan

Sejarawan menyebut Rusia berupaya menggelorakan peran Uni Soviet dalam mengalahkan Nazi Jerman, sembari mengesampingkan setiap tindakan warga Soviet yang ikut mempersekusi Yahudi.

Rusia berupaya menautkan pemerintahan demokratis Ukraina dengan Nazisme usai rezim Viktor Yanukovych yang pro-Kremlin digulingkan pada 2014.

Penulis : Ikhsan Abdul Hakim Editor : Gading-Persada

Sumber : Associated Press


TERBARU