Protes Invasi ke Ukraina di Siaran Langsung Televisi, Jurnalis Rusia Ini Dilaporkan Menghilang
Krisis rusia ukraina | 15 Maret 2022, 20:56 WIBMOSKOW, KOMPAS.TV – Seorang jurnalis Rusia yang mendadak muncul dalam sebuah siaran langsung program pemberitaan televisi untuk memprotes perang di Ukraina, dilaporkan menghilang, Selasa (15/3/2022).
Marina Ovsyannikova, editor di Channel 1 yang berada di bawah kendali pemerintah Rusia, langsung ditahan usai melakukan aksinya pada Senin (14/3).
Dalam aksinya, ia memegang selembar karton bertuliskan “Tolak Perang, hentikan perang, jangan percaya propaganda, mereka berbohong pada Anda di sini”.
Tulisan protes itu tampak jelas meski hanya muncul selama beberapa detik.
Keberadaannya kini tak diketahui.
Tim pengacara Ovsyannikova menyebut mereka telah mencari klien mereka, namun tak bisa menemukannya.
Baca Juga: Zelensky Kecewa Tak Ada Zona Larangan Terbang di Ukraina, Sebut NATO Sudah ‘Dihipnotis’ Rusia
Salah seorang di antaranya, Anastasia Kostanova, menyatakan pada BBC Rusia bahwa dirinya telah berupaya mengontak Ovsyannikova lewat ponsel. Namun, panggilannya tak pernah terjawab.
Menurut Kostanova, ia ‘menghabiskan sepanjang malam mencari’ jurnalis yang menghilang itu.
“Ini berarti mereka menyembunyikan dia dari para pengacaranya sendiri dan berupaya merampas bantuan hukum darinya, dan tampaknya, mereka mencoba menyiapkan tuntutan yang paling ketat,” ujar Kostanova.
Pengacara Ovsyannikova yang lain, Pavel Chikov, mencuit di Twitter bahwa ia tak bisa menemukan kliennya.
“Marina Ovsyannikova masih belum bisa ditemukan. Ia telah ditahan selama lebih dari 12 jam,” katanya pada Selasa (15/3) pagi seperti dikutip BBC.
Polisi menangkap Ovsyannikova atas tuduhan undang-undang baru yang melarang penyebutan aksi militer Rusia di Ukraina sebagai ‘invasi’ atau menyebarkan ‘berita bohong’ tentang konflik Rusia-Ukraina itu.
Baca Juga: Tiga Pemimpin Negara Uni Eropa Sudah dalam Perjalanan ke Kiev Ukraina Naik Kereta Api, Sungguh Nekat
Meskipun hukuman maksimal bisa mencapai hingga 15 tahun penjara, menurut Chikov, kliennya tampaknya akan didenda sebesar 30 ribu – 60 ribu rubel, atau setara Rp3,8 juta – Rp7,7 juta.
"Hanya Rakyat Rusia yang Bisa Hentikan Kegilaan Ini"
Penulis : Vyara Lestari Editor : Gading-Persada
Sumber : BBC