PM Inggris Merasa Tersiksa karena Tolak Permintaan Zelensky untuk Zona Larangan Terbang di Ukraina
Krisis rusia ukraina | 11 Maret 2022, 11:56 WIBLONDON, KOMPAS.TV - Perdana Menteri Inggris Boris Johnson mengaku tersiksa harus menolak permintaan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky agar zona larangan terbang diberlakukan di Ukraina.
Sebelumnya Zelensky dan sejumlah pejabat Ukraina telah menyerukan diberlakukannya zona larangan terbang di atas Ukraina.
Namun, negara Barat dan NATO menegaskan hal tersebut tak mungkin dilakukan, karena bisa menjadi bentuk deklarasi perang dengan Rusia.
Baca Juga: Rusia Bombardir Reaktor Nuklir di Kharkiv, Ukraina Tuduh Lakukan Terorisme Nuklir
Johnson yang terus melakukan hubungan telepon dengan Zelensky pun mengaku kecewa dan tersiksa tak bisa mengabulkan permintaan rekannya itu.
“Kami melakukan pembicaraan yang jujur, dan sangat mengecewakan karena ada batas yang, sejujurnya, Inggris dan NATO akan dianggap berkonflik langsung dengan Rusia,” tuturnya kepada Sky News, Kamis (10/3/2022).
“Ini menyiksa, benar-benar menyiksa. Saya telah melakukan percakapan ini setidaknya beberapa kali dengan Volodymyr, tetapi saya pikir kesulitannya harus memesan jet RAF, pilot Inggris ke udara dengan misi menembak jatuh jet cepat Rusia,” tambahnya.
Zelensky sebelumnya menegaskan bahwa negara-negara Barat ragu-ragu untuk menutup langit terhadap tentara Rusia, yang disebutnya sebagai Nazi.
“Jika Anda bersatu melawan Nazi dan teror ini, Anda harus menutupnya. Jangan menunggu saya meminta Anda beberapa kali, jutaan kali. Tutup langitnya," kata Zelensky.
Baca Juga: Rusia Balas Pemberian Sanksi, Berlakukan Larangan Ekspor Produk ke Barat hingga Akhir 2022
“Tutup langitnya, dan hentikan pengeboman,” tambahnya.
Rusia sendiri baru saja melakukan pengeboman dari udara ke reaktor nuklir di Institut Fisika dan Teknologi di Kharkiv.
Penyerangan itu ditakutkan akan membuat kebocoran radioaktif yang akan menimpa kota, yang hingga saat ini masih sulit diduduki Rusia.
Pihak Ukraina sendiri menuduh Rusia tengah melakukan aksi terorisme nuklir.
Penulis : Haryo Jati Editor : Edy-A.-Putra
Sumber : Sky News