Setelah Serangan di Rumah Sakit Bersalin, Warga Mariupol Mati-Matian Mencari Makanan dan Bahan Bakar
Krisis rusia ukraina | 11 Maret 2022, 05:24 WIBMARIUPOL, KOMPAS.TV — Pasukan Rusia terus memborbardir kota Mariupol, bahkan di tengah kecaman internasional setelah melakukan serangan udara pada Rabu (9/3/2022). Serangan itu dilakukan pada rumah sakit bersalin dan menewaskan tiga orang. Warga selamat yang terperangkap di Mariupol pun kini mati-matian mencari makanan dan bahan bakar.
Pejabat negara-negara Barat dan Ukraina menyebut serangan rumah sakit pada hari Rabu sebagai kejahatan perang. Sementara itu, pembicaraan tingkat tertinggi yang diadakan sejak invasi dimulai dua minggu lalu tidak menghasilkan kemajuan.
Jumlah pengungsi yang melarikan diri mencapai 2,3 juta, dan Kiev bersiap untuk menghadapi serangan gencar dari Rusia. Walikota Kiev mengatakan bahwa kini ibukota praktis dibentengi oleh warga sipil bersenjata.
Baca Juga: 17 Orang Terluka dalam Serangan Rusia ke Rumah Sakit Bersalin di Mariupol
Lebih dari 1.300 orang telah tewas dalam pengepungan selama 10 hari di kota Mariupol yang dingin. Jenazah para korban tewas dimakamkan di kuburan massal. Penduduk Mariupol tidak memiliki pemanas, sambungan telepon dan banyak saluran listrik yang telah terputus. Padahal suhu malam hari di Mariupol berada di bawah titik beku.
Pejabat Palang Merah setempat, Sacha Volkov mengatakan, toko-toko dan apotek sudah kosong sejak beberapa hari lalu, karena dijarah oleh warga yang membutuhkan persediaan makanan.
“Ada pasar gelap yang beroperasi untuk sayuran, tapi daging tidak tersedia. Dan kini orang-orang mencuri bensin dari mobil,” kata Volkov seperti dikutip dari The Associated Press.
Menurutnya sulit menemukan tempat yang terlindungi dari pemboman, karena saat ini ruang bawah tanah hanya disediakan untuk perempuan dan anak-anak. “Orang-orang mulai saling menyerang untuk mendapatkan makanan,” ujarnya.
Telah berkali-kali dilakukan upaya untuk mengirim makanan dan obat-obatan, serta upaya untuk mengevakuasi warga sipil dari Mariupol. Namun menurut pejabat Ukraina, upaya ini telah digagalkan oleh tembakan Rusia.
Baca Juga: Rumah Sakit Anak di Mariupol Dibom Rusia, WHO Catat 18 Serangan ke Fasilitas Kesehatan Ukraina
“Mereka ingin menghancurkan warga Mariupol. Mereka ingin membuat mereka kelaparan,” kata Wakil Perdana Menteri Ukraina Iryna Vereshchuk. "Ini adalah kejahatan perang,” tambahnya.
Seorang anak termasuk di antara korban tewas dalam serangan udara di rumah sakit di Mariupol. Selain itu, 17 orang lainnya terluka, termasuk dokter, anak-anak dan seorang perempuan yang sedang menunggu untuk melahirkan.
Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy mengatakan kepada para pemimpin Rusia bahwa invasi itu akan menjadi bumerang bagi mereka, karena ekonomi mereka tercekik. Sanksi Barat telah memberikan pukulan keras yang menyebabkan nilai rubel jatuh, bisnis asing melarikan diri dan harga kebutuhan pokok naik tajam.
“Anda pasti akan dituntut karena terlibat dalam kejahatan perang,” kata Zelenskyy dalam sebuah pidato. "Dan itu pasti akan terjadi. Anda akan dibenci oleh warga Rusia, mereka adalah orang yang telah Anda tipu terus-menerus setiap hari, selama bertahun-tahun.
Baca Juga: Pemakaman tanpa Kerabat atau Pelayat: Suasana Kuburan Massal di Mariupol
Mereka merasakan konsekuensi dari kebohongan Anda di dompet mereka yang makin menyusut. Masa depan anak-anak Rusia telah Anda curi,” katanya.
Presiden Rusia Vladimir Putin menepis tuduhan semacam itu, dengan mengatakan negara itu telah mengalami sanksi sebelumnya.
"Kami telah mengatasi kesulitan-kesulitan ini di tahun-tahun sebelumnya, dan sekarang kami akan mengatasinya," katanya pada pertemuan pejabat pemerintah yang disiarkan televisi. Namun, dia mengakui sanksi telah menciptakan tantangan tertentu bagi Rusia.
Penulis : Tussie Ayu Editor : Iman-Firdaus
Sumber : Associated Press