Uni Eropa Dilaporkan Potong Impor Gas Rusia hingga 75 Persen Tahun Ini dan Hapus Total sebelum 2030
Krisis rusia ukraina | 9 Maret 2022, 03:20 WIBBRUSSELS, KOMPAS.TV - Uni Eropa berusaha sepenuhnya menghapus ketergantungannya pada energi Rusia "jauh sebelum 2030" untuk memastikan blok 27 negara itu tidak lagi menghadapi keputusan sulit yang bisa merugikan ekonomi mereka sendiri dalam krisis geopolitik seperti invasi ke Ukraina.
Demikian dilaporkan Associated Press, Selasa (8/3/2022). Para pemimpin Uni Eropa akan bertemu di Versailles, Prancis untuk pertemuan puncak dua hari mulai Kamis (10/3/2022) untuk mencari cara mengurangi ketergantungan mereka akan bahan bakar fosil dari Rusia.
“Kami sepakat menghapus ketergantungan kami pada impor gas, minyak dan batu bara Rusia,” kata draf deklarasi KTT yang dilihat oleh Associated Press.
Pada saat yang sama, Komisi Eropa sedang menyelesaikan proposal untuk mewujudkannya, termasuk diversifikasi pasokan gas alam dan percepatan pengembangan energi terbarukan.
Badan eksekutif Uni Eropa itu mengatakan, tindakannya “dapat mengurangi permintaan Uni Eropa untuk gas Rusia hingga dua pertiga sebelum akhir tahun.”
"Kita harus merdeka dari minyak, batu bara, dan gas Rusia," kata Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen dalam sebuah pernyataan.
“Kami tidak bisa mengandalkan pemasok yang secara eksplisit mengancam kami.”
Uni Eropa saat ini mengimpor 90 persen gas alam yang digunakan untuk menghasilkan listrik, menghangatkan rumah, dan memasok industri. Rusia memasok hampir 40 persen kebutuhan gas Uni Eropa dan 25 persen kebutuhan minyaknya.
Selama lebih dari satu dekade, Uni Eropa merasa semakin terjebak ketika harus mengatasi hubungannya yang memburuk dengan Presiden Rusia Vladimir Putin. Tetapi prospek meninggalkan puluhan juta orang menggigil di musim dingin karena kelangkaan bahan bakar fosil, membatasi pilihan politik Uni Eropa.
Baca Juga: Diminta Kecam Invasi Rusia ke Ukraina oleh Uni Eropa, PM Pakistan: Memang Kami Budak Kalian?
Invasi ke Ukraina dilaporkan menjadi titik balik, dan dalam waktu dua minggu, Uni Eropa bersatu mempersiapkan kebijakan energi yang lebih kuat.
Namun Uni Eropa dilaporkan masih belum menandatangani sanksi energi Rusia, bahkan saat Presiden Amerika Serikat Joe Biden mengumumkan larangan impor minyak Rusia di Washington pada Rabu (9/3/2022) dinihari.
Uni Eropa perlu "berlari ke energi terbarukan dengan kecepatan kilat," kata Frans Timmermans, wakil presiden eksekutif komisi yang bertanggung jawab atas upaya Uni Eropa untuk mengurangi emisi gas rumah kaca dan perubahan iklim.
Mitra kuncinya adalah Jerman, yang merupakan salah satu dari banyak negara Uni Eropa yang akan terkena dampak dari pembatasan pasokan energi Rusia.
“Kami tahu, dan kami harus mengakuinya, kami membuat diri kami makin ketergantungan pada impor energi fosil dari Rusia dalam 20 tahun terakhir,” kata Menteri Perekonomian Jerman Robert Habeck.
“Semua upaya pemerintah dan negara Jerman adalah menuju pengurangan ketergantungan ini secepat mungkin dan kemudian menggunakan ruang kebijakan energi untuk manuver yang kami hasilkan, termasuk dalam hal kebijakan keamanan.”
Harga energi melonjak selama berbulan-bulan akibat berkurangnya pasokan, menaikkan biaya segala sesuatu mulai dari tagihan listrik hingga makanan karena dunia usaha meneruskan biaya mereka kepada pelanggan.
Selain meningkatkan energi terbarukan, Komisi Eropa mengatakan, Eropa dapat mendiversifikasi pasokan energinya dengan membeli lebih banyak gas alam cair yang dibawa dengan kapal daripada melalui pipa dari Rusia dan dengan mendapatkan lebih banyak impor gas melalui pipa dari pemasok non-Rusia seperti Norwegia dan Azerbaijan.
Baca Juga: Gedung Putih Segera Umumkan Pelarangan Impor Energi Rusia ke Amerika Serikat
Volume biometana yang lebih besar dari sumber organik seperti limbah pertanian dan produksi hidrogen untuk sel bahan bakar juga dapat berkontribusi.
Komisi Eropa juga mengatakan akan menyusun undang-undang yang mengharuskan cadangan gas diisi setidaknya 90 persen pada awal musim dingin. Kegagalan untuk melakukan itu tahun ini menyebabkan harga gas yang sangat tinggi.
Komisi Eropa mengatakan pihaknya juga sedang mencari langkah-langkah lain untuk membantu konsumen, seperti pembatasan sementara harga listrik.
Pelaksanaan sebagian besar rencana Uni Eropa itu bergantung pada pemerintah nasional yang semuanya memiliki rencana pemenuhan energi campuran, dan tingkat kerentanan yang berbeda terhadap embargo atau penghentian suplai gas.
Jerman, Italia, dan beberapa anggota Uni Eropa di Eropa Timur adalah yang paling bergantung.
Sistem perpipaan Eropa tidak dirancang agar pengiriman gas cair dapat dengan mudah menjangkau seluruh pelosok benua.
Saat pengiriman gas cair meningkat, analis energi mengatakan, penghentian total gas dari Rusia hanya dapat diatasi dengan pengurangan paksa penggunaan gas, pertama oleh pengguna industri.
Penulis : Edwin Shri Bimo Editor : Edy-A.-Putra
Sumber : Kompas TV/Associated Press