> >

Memilukan, Warga Miskin Afghanistan Jual Ginjal untuk Menyambung Hidup Keluarga

Kompas dunia | 28 Februari 2022, 19:11 WIB
Shakila bersama sang anak yang menunggu pembeli ginjalnya di Herat, Afghanistan. Praktik menjual ginjal untuk menyambung hidup keluarga sudah sangat meluas di Kota Herat, Afghanistan, sehingga pemukiman di dekat kota itu sampai dijuluki desa berginjal satu, demikian laporan France24, Senin, 28 Februari 2022. (Sumber: France24/Wakil Kohsar)

Taliban tidak menanggapi permintaan media untuk mengomentari praktik tersebut, tetapi Osmani mengatakan, penguasa baru negara itu memiliki rencana untuk menekan perdagangan dan membentuk komite untuk mengaturnya.

Warga Afghanistan yang sangat membutuhkan uang biasanya dijodohkan dengan pasien kaya oleh para calo, yang melakukan perjalanan ke Herat dari seluruh negeri, bahkan kerap dari India dan Pakistan.

Penerima organ tubuh harus membayar biaya rumah sakit dan donor, saat membutuhkan organ tubuh dari orang lain.

Keluarga Azyta hanya mendapat sedikit makanan sehingga dua dari tiga anaknya baru-baru ini dirawat karena kekurangan gizi.

Dia merasa tidak punya pilihan selain menjual organ, dan secara terbuka bertemu dengan seorang makelar yang mencomblangi dirinya dengan seorang penerima dari provinsi selatan Nimroz.

"Saya menjual ginjal saya seharga 250.000 Afghani, atau setara USD2.500," katanya dari kamar kecilnya yang lembab. "Saya terpaksa melakukannya. Suami saya tidak bekerja, dan kami punya utang," tambahnya.

Sekarang suaminya, seorang buruh harian, berencana melakukan hal yang sama. "Orang-orang menjadi lebih miskin," katanya. "Banyak orang menjual ginjal mereka karena putus asa."

Baca Juga: Abaikan Rivalitas demi Kemanusiaan, Pakistan Izinkan India Kirim 50.000 Ton Gandum ke Afghanistan

Ilustrasi Ginjal. Praktik menjual ginjal untuk menyambung hidup keluarga sudah sangat meluas di Kota Herat, Afghanistan, sehingga pemukiman di dekat kota itu secara suram sampai dijuluki desa berginjal satu. (Sumber: Kompas.com)

'Desa Satu Ginjal'

Di pinggiran Herat terletak Sayshanba Bazaar, sebuah desa ditinggali ratusan orang terlantar akibat konflik bertahun-tahun.

Dikenal sebagai "desa satu ginjal", belasan warganya menjual organ mereka setelah tersiar kabar di antara keluarga miskin tentang uang yang bisa dihasilkan dari penjualan organ tubuh.

Dari satu keluarga, lima saudara laki-laki menjual ginjal masing-masing selama empat tahun terakhir, berpikir itu akan menyelamatkan mereka dari kemiskinan.

“Kami masih terlilit utang dan miskin seperti dulu,” kata Ghulam Nebi sambil memamerkan bekas lukanya.

Di negara maju, pendonor dan penerima biasanya menjalani kehidupan normal dan penuh, tetapi kesehatan mereka setelah operasi biasanya dipantau secara ketat, dan juga bergantung pada gaya hidup dan pola makan yang seimbang.

Kemewahan tidak tersedia bagi rakyat Afghanistan miskin yang menjual ginjal namun masih terjebak kemiskinan, dan usai menjual organ tubuh, terkadang justru kesehatannya memburuk.

Baca Juga: Satu Juta Anak Afghanistan Terancam Meninggal karena Kelaparan dan Musim Dingin

Dua bocah Afghanistan duduk dekat keran air di Desa Kamar Kalagh, di luar Herat, Afghanistan pada 26 November 2021. Praktik menjual ginjal untuk menyambung hidup keluarga sudah sangat meluas di kota Herat Afghanistan sehingga pemukiman di dekat kota itu secara suram sampai dijuluki desa berginjal satu. (Sumber: AP Photo/Petros Giannakouris)

Profesor Matin mengatakan hanya beberapa gelintir orang yang menjual organ tubuhnya melakukan pemeriksaan kesehatan lanjutan.

“Belum ada fasilitas kesehatan masyarakat yang mendaftarkan penjual ginjal dan pendonor untuk pemeriksaan rutin guna mengetahui implikasinya bagi kesehatannya,” imbuh Profesor Matin.

Shakila, sudah menjadi ibu dari dua anak pada usia 19 tahun, menjalani prosedur operasi transplantasi sesaat sebelum Taliban merebut kekuasaan, dengan cara langsung mencari mereka yang membutuhkan transplantasi organ tubuh di rumah sakit Herat tanpa melalui perantara.

"Kami tidak punya pilihan karena lapar," kata Shakila, yang menjual ginjalnya seharga USD1.500, sebagian besar digunakan untuk melunasi utang keluarga.

Sementara itu, ibu tiga anak Aziza menunggu kesempatan setelah bertemu seorang staf rumah sakit yang mencoba mempertemukannya dengan seorang yang membutuhkan ginjalnya.

"Anak-anak saya berkeliaran di jalanan meminta-minta," katanya dengan air mata berlinang. "Jika saya tidak menjual ginjal saya, saya akan terpaksa menjual putri saya yang berusia satu tahun."

 

Penulis : Edwin Shri Bimo Editor : Hariyanto-Kurniawan

Sumber : France24


TERBARU