> >

Mantan Menlu Inggris: Barat Akibatkan Kerusakan Parah di Afghanistan

Kompas dunia | 22 Februari 2022, 03:05 WIB
Seorang bocah laki-laki berdiri tanpa alas kaki di sebuah kawasan miskin di Kabul, Afghanistan, Rabu (16/2/2022). Mantan Menlu Inggris David Miliband mengatakan Barat telah mengakibatkan kerusakan parah di Afghanistan dengan membiarkan rakyat Afghanistan kelaparan. (Sumber: AP Photo/Hussein Malla)

LONDON, KOMPAS.TV - Mantan Menteri Luar Negeri (Menlu) Inggris David Miliband mengatakan Barat telah mengakibatkan kerusakan parah di Afghanistan dengan membiarkan rakyat Afghanistan kelaparan.

Dia merujuk pada keputusan Amerika Serikat (AS) dan Bank Dunia membekukan aset Afghanistan.

"Jika kita ingin menciptakan negara yang gagal, kita tidak memiliki paduan kebijakan yang lebih efektif daripada yang kita punya saat ini," kata Miliband kepada Guardian.

Miliband salah satu di antara pihak-pihak yang mendesak pemerintahan Presiden AS Joe Biden dan Bank Dunia untuk membebaskan aset Afghanistan tidak hanya untuk bantuan kemanusiaan tapi juga untuk pemulihan ekonomi Afghanistan.

"Saya sama sekali tidak mengerti ketiadaan urgensi untuk membuat hal ini bergerak. Ini benar-benar membuat saya bingung bahwa kita membiarkan ini menjadi jauh lebih buruk dengan cepat," ujarnya.

Dia mengatakan krisis yang terjadi di Afghanistan sangat parah sehingga seruan PBB untuk dana sebesar USD4 miliar tahun ini yang akan disampaikan dalam sebuah konferensi bulan depan, berkemungkinan melonjak menjadi USD10 miliar pada tahun depan.

Baca Juga: AS Alihkan Setengah Aset Afghanistan untuk Korban 9/11, Aktivis: Gedung Putih Maling!

Sejumlah laporan menyebutkan, Bank Dunia berkemungkinan akan bertemu pada Maret untuk membebaskan aset Afghanistan senilai USD1 miliar yang sebelumnya ditahan.

"Apa yang kita lakukan bukan memperburuk kondisi bagi Taliban, ini memperburuk kondisi rakyat. Kita tidak sedang menghukum Taliban. Rakyat jelata Afghanistan lah yang membayar akibatnya," ungkap Miliband.

"Ini bukan saja malapetaka dalam hal pilihan, tapi juga malapetaka bagi reputasi. Ini kebijakan yang membiarkan orang-orang kelaparan."

Menurut Program Pangan Dunia (World Food Program/WFP), sekitar 23 juta orang, separuh dari total penduduk Afghanistan, tidak memperoleh makanan yang mencukupi baik secara kuantitas maupun gizi.

Sementara 8,7 juta orang terancam kelaparan.

Baca Juga: Eks Presiden Afghanistan Kecam Rencana AS Ambil Setengah Aset Afghanistan untuk Keluarga Korban 9/11

AS menarik mundur pasukannya dari Afghanistan setelah kelompok Taliban mendepak pemerintahan Presiden Ashraf Ghani pada Agustus 2021.

Washington lalu membekukan aset bank sentral Afghanistan senilai lebih dari USD7 miliar yang ada di AS, keputusan yang dipandang luas sebagai faktor utama krisis ekonomi yang kini membelit Afghanistan.

Pada 11 Februari lalu, Biden menandatangani perintah eksekutif yang akan membagi dua aset Afghanistan yang dibekukan senilai USD7 miliar.

Rencananya, setengah dari aset itu akan digunakan untuk dana bantuan kemanusiaan bagi Afghanistan, sedangkan setengahnya untuk kompensasi korban serangan teroris 9/11.

Langkah itu pun langsung menuai kecaman dari berbagai pihak, termasuk dari mantan Presiden Afghanistan Hamid Karzai.

Karzai mengatakan, rakyat Afghanistan turut berduka cita atas penderitaan yang dialami warga AS akibat serangan 9/11.

Tapi, dia menegaskan, tidak ada warga Afghanistan yang terlibat dalam serangan tersebut.

“Menahan uang Afghanistan atas nama siapa pun adalah tidak adil dan zalim. Uang itu milik rakyat Afghanistan… Saya menyerukan kepada Presiden Joe Biden untuk mengembalikan uang itu kepada rakyat Afghanistan,” ujar Karzai dalam jumpa pers di Kabul pada 13 Februari 2022, seperti dikutip dari CGTN.

Baca Juga: Enam Bulan Taliban Berkuasa, Afghanistan Makin Aman, namun Tambah Miskin dan Masa Depan Kian Suram

 

Penulis : Edy A. Putra Editor : Hariyanto-Kurniawan

Sumber : Guardian/CGTN


TERBARU