> >

Soal Konflik Rusia-Ukraina, Indonesia Minta Para Pihak Tahan Diri

Kompas dunia | 14 Februari 2022, 06:59 WIB
Ilustrasi. Menteri Luar Negeri Indonesia Retno Marsudi. Kemlu RI meminta semua pihak yang terlibat konflik Ukraina menahan diri dan mengedepankan jalur diplomasi. (Sumber: Kemlu.go.id)

JAKARTA, KOMPAS.TV - Indonesia meminta pihak-pihak yang terlibat konflik Ukraina menahan diri dan menghindari eskalasi. Belakangan ini, konsentrasi pasukan Rusia di perbatasan dan buntunya negosiasi membuat berbagai pihak mengkhawatirkan konflik terbuka.

Apabila terjadi konflik di Ukraina, WNI di sana turut terdampak. Menurut data terbaru Kementerian Luar Negeri RI, saat ini terdapat 148 WNI di Ukraina.

KBRI Kyiv sendiri disebut terus memantau perkembangan politik dan keamanan terkini di Ukraina. Rencana kontingensi juga telah disiapkan untuk menjamin keselamatan WNI. Sehingga, evakuasi bisa dilakukan apabila diperlukan.

Sejumlah negara lain telah meminta warganya meninggalkan Ukraina akhir pekan lalu. Amerika Serikat (AS) dan Australia pun mengevakuasi staf kedutaan dari Kyiv.

Akan tetapi, Kemlu menyebut situasi di Ukraina masih relatif kondusif dan WNI aman beraktivitas.

“Kemlu bersama KBRI Kyiv dan Perwakilan RI terdekat seperti KBRI Warsawa dan KBRI Moskow telah menyusun rencana kontijensi untuk mengantisipasi berbagai kemungkinan. Hingga saat ini, kondisi di Ukraina relatif masih kondusif,” kata Direktur Perlindungan Warga Negara Indonesia Kemlu Judha Nugraha kepada Kompas TV, Minggu (13/2/2022) malam.

Menlu RI minta semua pihak menahan diri

Menurut Judha, Kemlu RI meminta semua pihak yang terlibat konflik Ukraina menahan diri dan mengedepankan jalur diplomasi.

Negara-negara Eropa berupaya memediasi sengketa antara Ukraina dan Rusia. Sejumlah pertemuan diplomatis pun digelar dua pekan belakangan.

Baca Juga: Pengamat Militer CSIS Sebut Sulit Mencari Penengah Konflik Ukraina-Rusia, Ini Alasannya

“Sebagaimana yang sudah disampaikan Ibu Menlu (Retno Marsudi), yang diperlukan saat ini adalah semua pihak menahan diri, mengedepankan diplomasi dan menghindari terjadinya eskalasi,” kata Judha.

“Pihak-pihak terkait termasuk AS, NATO, OSCE (Organisasi untuk Keamanan dan Kerja Sama di Eropa) dan para pemimpin Eropa masih terus menjalin komunikasi untuk menemukan solusi damai. Diharapkan penyelesaian melalui meja perundingan dapat segera disepakati,” ujarnya.

Pada Sabtu (12/2), Presiden Vladimir Putin disebut bertelepon dengan Presiden Joe Biden terkait situasi Ukraina.

Sebelumnya, Presiden Prancis Emmanuel Macon telah terbang ke Moskow lalu Kyiv untuk mendiskusikan resolusi konflik.

Kanselir Jerman Olaf Scholz pun dilaporkan sudah bertolak ke Kyiv dan Moskow untuk menemui masing-masing negara. Scholz dijadwalkan bertemu Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky pada Senin (14/2) dan Putin sehari berikutnya.

Prancis dan Jerman sendiri pernah memediasi konflik Rusia-Ukraina pada 2015 lalu. Mediasi itu membuahkan Persetujuan Minsk yang mengakhiri konflik terbuka di timur Ukraina.

Baca Juga: Ternyata Ini Alasan Putin Larang Ukraina Gabung NATO, Ancam Perang Besar jika Krimea Disentuh

Pada tengah pekan lalu, Menlu Retno pun berbicara melalui sambungan telepon dengan Menlu Rusia Sergey Lavrov. Menurut Kemlu, inti pembicaraan pada 9 Februari itu mengenai hubungan bilateral kedua negara.

Perkembangan situasi Eropa Timur disinggung dalam pembicaraan. Ketika ditanya apakah Menlu Retno menyinggung nasib WNI di Ukraina, Judha enggan menjawab secara detail.

Penulis : Ikhsan Abdul Hakim Editor : Desy-Afrianti

Sumber : Kompas TV


TERBARU