Badai Matahari Dahsyat 9.200 Tahun Lalu Bikin Peneliti Khawatir, Berikut Alasannya
Kompas dunia | 13 Februari 2022, 06:00 WIBAkan tetapi, jejak badai matahari yang ditemukan peneliti di Greenland dan Antarktika berbeda.
Badai dahsyat itu justru terjadi ketika aktivitas magnetik matahari sedang rendah atau dalam titik solar minimum.
Sebuah studi yang dirilis di jurnal Nature Communications mengungkapkan temuan tersebut.
Dalam artikel itu, para peneliti memeriksa inti es dan menemukan jejak badai matahari dahsyat yang sebelumnya tidak diketahui.
Jejak badai matahari diketahui dari isotop radioaktif yang terekam di inti es.
Isotop radioaktif itu terbentuk ketika partikel lontaran matahari menabrak elemen-elemen di atmosfer Bumi.
Sampel inti es yang diambil dari Greenland dan Antarktika menunjukkan kenaikan drastis elemen radionuclides beryllium-10 dan chlorine-36 sekitar 9.200 tahun lalu.
Artinya, suatu badai matahari dahsyat menghantam Bumi waktu itu.
“Badai besar ini saat ini tidak dimasukkan secara cukup ke dalam asesmen risiko,” kata Raimund Mushceler, geolog Universitas Lund Swedia sekaligus salah satu penulis studi tersebut.
“Sangat penting untuk menganalisis apa yang bisa disebabkan kejadian ini terhadap teknologi masa kini dan bagaimana kita bisa melindungi diri,” imbuhnya.
Badai matahari 9.200 tahun lalu diperkirakan sekuat badai matahari terdahsyat yang pernah terekam, peristiwa yang terjadi ketika puncak aktivitas magnetik matahari pada 775 dan 774 SM.
Para peneliti pun menyebut, pemeriksaan terhadap jejak badai matahari kuno di inti es atau lingkar pohon penting untuk mengetahui lebih jauh tentang siklus 11 tahunan matahari dan kaitannya dengan badai ekstrem.
Baca Juga: Dihajar Badai Matahari, 40 Satelit SpaceX Remuk dan Jatuh ke Atmosfer
Penulis : Ikhsan Abdul Hakim Editor : Fadhilah
Sumber : Kompas TV