Misteri Kim Jong-Un Biayai Pengembangan Senjata Nuklir Korea Utara Terjawab, Ternyata Ini Caranya
Kompas dunia | 6 Februari 2022, 17:44 WIBNEW YORK, KOMPAS.TV - Korea Utara terus mengembangkan senjata nuklir dan program rudal balistik selama beberapa tahun terakhir.
Hal itu pun menimbulkan misteri dari mana pemimpin Korea Utara, Kim Jong-un membiayai pengembangannya mengingat negara tersebut sangat tertutup.
Apalagi Korea Utara tengah dihantam krisis pangan dan krisis keuangan karena Covid-19 juga sanksi dunia internasional.
Misteri itu pun terjawab berdasarkan laporan rahasia PBB yang diungkapkan pada Sabtu (5/2/2022).
Baca Juga: AS Beri Peringatan, Sebut Rusia Sudah Kumpulkan 70 Persen Kekuatan Militer untuk Serang Ukraina
Pada laporannya, PBB mengungkapkan bahwa pendanaan tersebut ternyata berasal dari serangan siber dan pertukaran mata uang kripto.
Laporan tersebut tertuang pada laporan tahunan dari Badan Pengawas Sanksi Mandiri yang diserahkan kepada Komite Sanksi Korea Utara Dewan Keamanan PBB.
“Meski tak ada uji coba nuklir atau peluncuran ICBM (Rudal Balistik Interkontinental) yang dilaporkan, DPRK melanjutkan pengembangan kemampuan produksi material fisil nuklir,” bunyi laporan tersebut dikutip dari Al-Jazeera.
DPRK atau Republik Demokratik Rakyat Korea merupakan nama resmi dari Korea Utara.
Sejak lama mereka sudah dilarang melakukan uji coba nuklir dan peluncuran rudal balistik oleh Dewan Keamanan PBB.
“Perawatan dan pengembangan nuklir DPRK dan infrastruktur rudal balistik terus berlanjut, dan DPRK terus mencari material, teknologi dan apa pun yang diketahui mengenai program di luar negeri, termasuk lewat sarana dunia maya dan penelitian ilmiah bersama,” lanjut laporan tersebut.
Laporan itu juga mengungkapkan bagaimana Kim Jong-un masih mampu membiayai pengembangan senjata nuklir dan rudal balistik meski negara itu masih didera sanksi.
“Serangan siber dan mata uang kripto, menjadi sumber pemasukan penting bagi Korea Utara,” bunyi laporan tersebut.
Baca Juga: Kim Jong-Un Beri Dukungan ke China, Sebut Olimpiade Musim Dingin sebagai Kemenangan Besar
Selain itu mereka juga menerima informasi bahwa hacker Korea Utara terus menargetkan institusi finansial, firma mata uang kripto dan pertukaran.
“Menurut anggota negara, pelaku siber DPRK telah mencuri lebih dari 50 juta dolar AS (Rp719 miliar) antara 2020 dan pertengahan 2021 dari setidaknya tiga bursa mata uang kripto di Amerika Utara, Eropa, dan Asia,” tambah laporan tersebut.
Badan pengawas tersebut juga mencatat bahwa tahun lalu Firma Keamanan Siber, Chainalysis mengungkapkan, Korea Utara telah meluncurkan setidaknya tujuh serangan ke platform mata uang kripto.
Hal itu membuat Korea Utara mengekstraksi aset digiital senilai hampir 400 juta dolar AS tahun lalu (Rp5,7 triliun).
Penulis : Haryo Jati Editor : Fadhilah
Sumber : Al-Jazeera