> >

Sebut Krisis Myanmar Makin Dalam, Kamboja Ingin Sambut Junta di ASEAN demi Perdamaian

Kompas dunia | 5 Januari 2022, 19:59 WIB
PM Kamboja Hun Sen menyambut Menteri Luar Negeri Myanmar Wunna Maung Lwin di Istana Perdamaian, Phnom Penh, Selasa (7/12/2021). PM Hun Sen berencana mengunjungi Myanmar pada 7-8 Januari 2022. (Sumber: An Khoun Sam Aun/Televisi Nasional Kamboja via Associated Press)

SINGAPURA, KOMPAS.TV - Menteri Luar Negeri Kamboja Prak Sokhonn mengingatkan bahwa krisis politik Myanmar “semakin mendalam” akhir-akhir ini. Hal tersebut disampaikan Prak jelang kunjungan Perdana Menteri Hun Sen ke Myanmar pada 7-8 Januari 2022.

Sebagai ketua ASEAN untuk 2022, Kamboja berupaya meredakan krisis akibat kudeta militer Myanmar pada Februari 2021 lalu. 

Pemerintahan Hun Sen ingin menerima junta dan membahas penyelesaian konflik berpedoman pada lima poin konsensus yang dicapai ASEAN dan Myanmar pada April 2021.

Situasi di Myanmar disebut semakin mengkhawatirkan jelang upaya damai oleh Kamboja. Menlu Prak bahkan menyebut situasi Myanmar kini sudah bisa disebut perang saudara.

“Krisis politik dan keamanan di Myanmar semakin mendalam, dan telah menyebabkan krisis kemanusiaan, kesehatan, serta ekonomi,” kata Prak dikutip The Bangkok Post.

Baca Juga: Pasukan Pemberontak Myanmar Makamkan Lebih 30 Orang Korban Pembunuhan Tentara Junta Militer

“Kami merasa semua unsur perang saudara sudah terpenuhi sekarang,” imbuhnya dalam acara yang diselenggarakan lembaga wadah pemikir asal Singapura, ISEAS-Yusof Ishak Institute, Senin (3/1/2022).

“Sekarang ada dua pemerintahan, ada beberapa pasukan bersenjata, rakyat masih menjalani apa yang mereka sebut gerakan pembangkangan sipil, dan ada perang gerilya di seantero negeri,” kata Prak.

Protes penentangan kudeta direspons keras oleh junta militer Myanmar dan menyebabkan lebih dari 1.400 orang tewas.

Respons brutal tersebut ditanggapi dengan pemberontakan di berbagai wilayah.

Penulis : Ikhsan Abdul Hakim Editor : Vyara-Lestari

Sumber : The Bangkok Post


TERBARU