Selesai Masa Tugas di Selandia Baru, Dubes Tantowi Yahya Kembali ke Jakarta
Kompas dunia | 28 Desember 2021, 06:21 WIBWELLINGTON, KOMPAS.TV – Seiring dengan berakhirnya masa tugas di Wellington, Duta Besar RI untuk Selandia Baru, Tonga, Kepulauan Cook, Nieu dan Samoa, Tantowi Yahya, kembali ke Jakarta pada Selasa (28/12/2021) pagi waktu setempat.
Puluhan warga Indonesia di Wellington dan duta besar dari negara-negara sahabat di Wellington terlihat ikut mengantar kepulangannya di Bandara Internasional Wellington. Beberapa warga bahkan meneteskan air mata ketika mengantar kepulangannya ke Indonesia.
Selama empat tahun dan delapan bulan bertugas di Selandia Baru, Dubes Tantowi mengakui banyak mengalami kenangan yang berkesan.
“Kesan terdalam adalah kekompakan masyarakat Indonesia di seluruh Selandia Baru, mereka benar-benar bersatu dan tidak ada sekat. Berbeda betul dengan masyarakat kita di Indonesia yang dicoba disekat-sekat oleh masyarakat tertentu. Kalau disini tidak ada. Islam, Kristen, Budha, Hindu, Indonesia asli atau warga keturunan, semua bangga menjadi orang Indonesia. Itu yang membuat saya memendam optimisme, bahwa sesungguhnya masyarakat kita bisa disatukan,” ujarnya kepada Kompas TV menjelang keberangkatan di Jakarta, di Bandara Internasional Wellington, Selasa (28/12/2021).
Baca Juga: Diplomasi Melalui Seni, Dubes Tantowi Yahya Gelar Pameran Lukisan di Wellington
Selama kepemimpinan Tantowi Yahya, KBRI Wellington menyelenggarakan pameran perdagangan, investasi dan pariwisata paling komprehensif di kawasan Pasifik, yaitu Pacific Exposition sebanyak dua kali. Kata dia, terselenggaranya acara ini merupakan salah satu prestasi monumental yang ditorehkan KBRI Wellington selama masa kepemimpinannya.
“Bukan hanya kita, tetapi juga masyarakat Pasifik mengakui bahwa Pacific Exposition merupakan pameran perdagangan, investasi dan pariwisata terbesar dan terlengkap yang pernah diadakan di kawasan ini. Pacific Exposition ini sudah menjadi flagship diplomasi Indonesia di luar negeri. Berawal dari ide di KBRI Wellington, kemudian diadopsi sebagai program Kementerian Luar Negeri dan lebih besar lagi, diakui sebagai program pemerintah RI di luar negeri yang sangat berhasil,” ujarnya.
Baca Juga: Pacific Exposition II Resmi Dibuka, Menlu: Kita Kolaborasi, Bukan Kompetisi
Sebelum menjadi Duta Besar, Tantowi Yahya merupakan public figure yang memiliki latar belakang profesi beragam. Ia dikenal luas masyarakat Indonesia sebagai pembawa acara papan atas, penyanyi country dan kemudian memasuki dunia politik sebagai anggota DPR.
Namun diakuinya, dari berbagai profesi yang pernah dijalaninya, yang paling berkesan adalah ketika menjabat sebagai Duta Besar.
“Karena Dubes itu Luar Biasa dan Berkuasa Penuh, artinya saya dalam keseharian disini selama 24 jam harus mampu mencitrakan rakyat Indonesia, NKRI dan Presiden RI. Jadi tidak boleh salah ngomong, salah ucap, apalagi salah tingkah laku. Karena saya bukan Tantowi Yahya, tapi berdasarkan Undang-undang, saya adalah representasi rakyat, negara dan Presiden RI,” katanya.
Selain itu, menurutnya ketika menjadi Dubes, ia memiliki otoritas untuk membuat keputusan-keputusan penting, mengikat dan strategis tanpa lebih dulu berkoordinasi dengan Jakarta. Otoritas ini pernah beberapa kali dia gunakan dan setelah keputusan diambil, baru dilaporkan ke Jakarta.
“Alhamdulillah ketika saya laporkan, Jakarta menyetujuinya. Jadi Menteri Luar Negeri mendukung keputusan yang sudah saya ambil,” ujar dia.
Sebelum meninggalkan Wellington, Tantowi berpesan kepada masyarakat Indonesia di Selandia Baru untuk selalu menjaga kekompakan dan soliditas.
Baca Juga: Pacific Exposition II Ditutup dengan Total Komitmen Transaksi Rp1,48 Triliun
“Tetap dukung KBRI sebagai kantor perwakilan dan rumah bagi seluruh masyarakat Indonesia. Berikan dukungan yang sama kepada pengganti saya, Ibu Dubes Fientje Suebu,” katanya menutup pembicaraan.
Ditemui di tempat yang sama, Ketua Keluarga Masyarakat Indonesia di Wellington, Budhi Arta Surya mengaku sangat kehilangan atas kembalinya Dubes Tantowi Yahya dan keluarga ke Jakarta. Menurutnya, Dubes Tantowi adalah sosok yang ramah, fleksibel dan mengayomi.
“Yang paling berkesan selama Dubes Tantowi di Wellington adalah beliau masih memiliki waktu untuk menyalurkan keseniannya. Tidak hanya bermusik, tetapi juga melukis,” ujarnya.
Menurut Budhi, kemampuan kesenian Dubes Tantowi semakin mendekatkan dirinya dengan masyarakat Indonesia di Selandia Baru.
“Dubes Tantowi merupakan kombinasi antara seniman, politisi dan tokoh masyarakat. Yang paling berkesan bagi saya adalah keramahan dan bakat seninya,” ujar Budhi yang berprofesi sebagai dosen di Victoria University of Wellington ini.
Penulis : Tussie Ayu Editor : Desy-Afrianti
Sumber : Kompas TV