Kim Jong-Un Larang Rakyat Korea Utara Tertawa dan Gembira 11 Hari, Ada Apa?
Kompas dunia | 16 Desember 2021, 16:13 WIBPYONGYANG, KOMPAS.TV - Pemimpin Korea Utara, Kim Jong-un melarang rakyat Korea Utara tertawa dan bergembira selama 11 hari.
Hal itu dilakukan untuk memperingati hari kematian ayahnya, Kim Jong-il yang ke-10 tahun.
Kim Jong-il merupakan generasi kedua pemimpin Korea Utara.
Ia menjadi penerus generasi pertama, sekaligus pendiri Korea Utara, Kim Il-sung pada 1994.
Baca Juga: Kim Jong-Un Lakukan Eksekusi Mati Depan Publik di Tempat Terpencil, Ini Tujuannya
Kim Jong-il memerintah Korea Utara hingga kematiannya pada 2011, dan kemudian diteruskan oleh putranya Kim Jong-un.
Masa kekuasaan Kim Jong-il diwarnai salah satu periode tergelap sepanjang sejarah negara tertutup itu, yaitu bencana kelaparan 1994-1998, yang membunuh jutaan orang.
Meski setiap tahun hari peringatan kematian Kim Il-sung dan Kim jong-il selalu dilakukan, namun durasinya berbeda.
Untuk Kim Il-Sung hari peringatannya dilaksanakan selama sepekan, sedangkan Kim Jong-il lebih lama, karena kematiannya merupakan yang terdekat.
Biasanya hari peringatan berkabung dilakukan selama 10 hari, tetapi untuk Kim Jong-il tahun ini lebih lama karena merupakan peringatan 10 tahun.
Warga dilarang menunjukkan apa pun selain berkabung di hadapan publik, sedangkan negara mengingat kehidupan dan pencapaiannya.
“Selama periode berkabung, kami tak boleh meminum alkohol, tertawa atau menunjukkan aktivitas bergembira,” ujar warga dari Kota Sinuiju, yang berbatasan dengan China kepada Radio Free Asia.
Sumber itu juga mengatakan bahwa belanja bahan makanan juga dilarang selama hari peringatan kematian itu.
“Dulu banyak orang yang tertangkap minum atau mabuk selama masa berkabung, dan diperlakukan sebagai penjahat ideologis,” ujarnya.
“Mereka dibawa pergi dan sejak itu tak pernah terlihat lagi,” kata sumber tersebut.
Ia bahkan mengatakan jika ada anggota keluarga yang meninggal selama masa berkabung, mereka tak diperbolehkan menangis dengan keras.
Baca Juga: Pengakuan Mantan Presiden Afghanistan, Taliban ke Kabul Bukan untuk Menguasai Tapi Diundang Olehnya
Orang yang ulang tahun selama masa berkabung juga tidak boleh merayakannya.
Polisi dikabarkan dikerahkan untuk mengawasi warga yang gagal untuk terlihat berduka dengan semestinya.
“Mulai hari pertama Desember, mereka akan memiliki tugas untuk menindak mereka yang merusak suasana berkabung bersama,” ujar sumber lainnya yang meminta anonimitas.
“Ini tugas khusus polisi selama sebulan. Saya mendengar bahwa petugas penegak hukum tidak bisa tidur sama sekali,” ujarnya.
Penulis : Haryo Jati Editor : Desy-Afrianti
Sumber : Radio Free Asia