Kisah Transplantasi Penis Pertama di Dunia, Bisa Berfungsi Normal Lagi
Kompas dunia | 11 Desember 2021, 16:03 WIBCAPE TOWN, KOMPAS.TV - Transplantasi penis pertama di dunia telah memberikan hasil positif, setelah alat vital tersebut bisa berfungsi normal kembali.
Transplantasi penis pertama di dunia terjadi pada 11 Desember 2014 di Afrika Selatan, melibatkan penis yang diambil dari donor yang telah mati.
Pasien merupakan pria yang kehilangan alat kelaminnya setelah sunat yang gagal.
Tetapi berkat operasi yang dilakukan dokter urologi, Andre van der Merwe, pria itu mendapatkan penis baru yang berfungsi normal.
Baca Juga: Dihujat setelah Sebut Sinterklas Tak Nyata kepada Anak-anak, Uskup Italia Dipaksa Minta Maaf
Dr van der Merwe mengungkapkan terkait kasus itu, tak bisa diketahui sejarah seksual dari pendonor.
Ia menambahkan bahwa operasi itu menggunakan cangkok kulit yang diambil dari bagian dalam kaki pasien, bersama beberapa tato untuk memastikan penis baru memiliki warna yang sama, dengan kulit pasien penerima.
“Ini adalah situasi yang sangat serius. Bagi seorang pria muda berusia 18 atau 19 tahun, kehilangan penis bisa sangat traumatis,” ujarnya seperti dikutip dari Daily Star.
“Ia jelas tak memiliki kapasitas psikologi untuk bisa memprosesnya. Bahkan ada laporan bunuh diri pada pria muda terkait hal itu,” tambah Dr van der Merwe.
Menurutnya, pasien sudah aktif secara seksual ketika ia disunat pada usia 18 tahun.
Sunat memang merupakan ritual yang biasa terjadi di sejumlah tempat di Afrika Selatan sebagai tanda transisi kedewasaan.
Tetapi pada kasus pria tersebut, kesalahan membuat alat kelaminnya hanya tersisa kurang dari satu inci.
Angka pria yang disunat di Afrika Selatan diyakini nyaris mencapai 50 persen.
Ahli mengatakan setidaknya 250 pria Afrika Selatan kehilangan beberapa bagian penisnya karena sunat yang buruk.
Baca Juga: Ibu di Afghanistan Terpaksa Jual Anak demi Beli Makanan untuk Keluarga, Dampak Krisis Ekonomi
Dr van der Merwe pun menegaskan dirinya berniat untuk terus melakukan transplantasi penis meski banyak yang mengkritik bahwa hal itu tak diperlukan.
“Ada kebutuhan yang lebih besar di Afrika Selatan untuk tipe prosedur seperti ini dibandingkan tempat lainnya di dunia, karena banyaknya orang muda yang kehilangan penis setiap tahun akibat komplikasi dari ritual sunat,” ujarnya.
Ia pun menegaskan bagi pria kehilangan penis sama seperti mati.
“Jika Anda bisa mendapatkan kembali penisnya, maka Anda seperti menghidupkan mereka kembali,” ujarnya.
Penulis : Haryo Jati Editor : Edy-A.-Putra
Sumber : Daily Star