China Makin Sengit, Cemooh Demokrasi Amerika Serikat sebagai Senjata Pemusnah Massal
Kompas dunia | 11 Desember 2021, 13:38 WIBSementara AS berulang kali membantah akan ada Perang Dingin dengan China. Ketegangan antara dua ekonomi terbesar dunia itu meningkat dalam beberapa tahun terakhir karena berbagai masalah, termasuk perdagangan dan persaingan teknologi, hak asasi manusia, Xinjiang dan Taiwan.
Departemen Keuangan AS, Jumat (10/12/2021), menjatuhkan sanksi kepada dua pejabat tinggi China atas pelanggaran hak asasi manusia di wilayah Xinjiang dan menempatkan perusahaan pengawasan intelijen buatan China, SenseTime, dalam daftar hitam untuk teknologi pengenalan wajah yang menargetkan warga minoritas Uighur.
China memandang undangan AS kepada Taiwan yang jauh lebih kecil darinya, untuk menghadiri KTT untuk Demokrasi, sebagai bentuk penghinaan.
Taiwan adalah sebuah pulau demokratis dengan pemerintahan sendiri yang diklaim oleh China sebagai bagian integral mereka.
Tetapi Beijing mendapat dukungan di tengah-tengah KTT Biden ketika Nikaragua membatalkan aliansi diplomatik sebelumnya dengan Taiwan, dengan mengatakan hanya mengakui China sebagai satu-satunya bagi Nikaragua.
Pengumuman itu membuat Taiwan hanya memiliki 14 sekutu diplomatik.
Sebagai tanggapan, Departemen Luar Negeri AS meminta "semua negara yang menghargai institusi demokrasi" untuk memperluas keterlibatan dengan pulau itu.
Penulis : Edwin Shri Bimo Editor : Edy-A.-Putra
Sumber : Kompas TV/Straits Times via AFP