100 Pejabat Tinggi Jepang Kunjungi Kuil Kontroversial, China dan Korsel Protes
Kompas dunia | 7 Desember 2021, 19:45 WIBTOKYO, KOMPAS.TV - Sekitar 100 pejabat tinggi Jepang berkunjung dan berdoa di kuil kontroversial Yasukuni, Tokyo pada Selasa (7/12/2021). Kuil ini dipandang sebagai simbol agresi militer Jepang pada Perang Dunia Kedua.
Kunjungan para pejabat tinggi itu pun menuai protes dari dua negara tetangga, China dan Korea Selatan.
Mereka adalah pejabat di kabinet Perdana Menteri Fumio Kishida. Setidaknya sembilan wakil menteri turut serta dalam kunjungan ini.
Kunjungan ke Yasukuni juga bertepatan dengan serangan Jepang ke Pearl Harbor pada 1941. Namun, di Jepang, tanggal resmi serangan ke Pearl Harbor adalah 8 Desember 1941.
Kuil Yasukuni sendiri dipandang identik dengan militerisme Jepang karena turut mengabadikan veteran perang, termasuk terdakwa penjahat perang.
Baca Juga: Gegara Pandemi, Banyak Warga Jepang Kini Menilai Tradisi Minum-Minum dengan Rekan Kerja Tidak Perlu
Juru bicara Kementerian Luar Negeri China Zhao Lijian menyebut, kunjungan para pejabat tersebut sebagai “langkah dan provokasi yang disengaja.”
“Kunjungan pejabat tinggi Jepang ke kuil itu menunjukkan sikap salah Jepang terhadap sejarah agresi mereka,” kata Zhao dikutip Associated Press.
Sementara itu, Korea Selatan menyayangkan kunjungan “besar-besaran” ke Kuil Yasukuni. Seoul menyebut Jepang seharusnya menunjukkan “refleksi rendah hati dan penyesalan tulus” tentang agresi militernya.
Hidehisa Otsuji, anggota senior Partai Demokrat Liberal, partai-nya Fumio Kishida, menyebut para pejabat sebatas berdoa kepada para arwah veteran perang untuk melindungi Jepang dari pandemi Covid-19.
Otsuji pun mengaku berharap Kishida kelak bersedia mengunjungi Yasukuni.
Beberapa tahun belakangan, pemimpin Jepang cenderung menghindari Yasukuni. Pada 2013, China dan Korea Selatan melayangkan protes keras usai Perdana Menteri Shinzo Abe mengunjungi kuil tersebut.
Baca Juga: Diperingatkan Shinzo Abe soal Taiwan, China Murka dan Kirim Protes Diplomatik ke Jepang
Penulis : Ikhsan Abdul Hakim Editor : Vyara-Lestari
Sumber : Associated Press