Sebuah Minggu kala Varian Baru Omicron Bikin Dunia Kalang Kabut
Kompas dunia | 27 November 2021, 16:37 WIBBRUSSELS, KOMPAS.TV - Hari Senin (22/11/2021) pagi tempo hari, hampir sembilan juta penduduk Austria terbangun di hari yang baru dalam keadaan lockdown. Beberapa hari kemudian, varian Covid-19 baru memicu lonceng tanda bahaya di seluruh dunia. Eropa dan Amerika Serikat memberlakukan larangan perjalanan di negara-negara di Afrika Selatan. Para pejabat kesehatan berlomba untuk mengatasi ancaman baru akibat munculnya varian baru virus corona bernama Omicron dengan silsilah ilmiah B.1.1.529, seperti dilansir Straits Times yang mengutip Bloomberg, Sabtu (27/11/2021).
Hari itu adalah sebuah minggu ketika virus corona mengingatkan dunia, pandemi masih jauh dari selesai, memberikan pukulan kombinasi dengan peningkatan infeksi, pembatasan, dan mutasi baru.
Perkembangan terbaru ini menandai kemunduran dalam pertempuran melawan Covid-19 dan ringseknya pemulihan ekonomi, menghantam ekuitas dan harga minyak.
Pemerintah di penjuru Eropa menggunakan alat penangkal virus yang telah dicoba dan diuji dalam buku pedoman mereka ketika kasus di Eropa melonjak.
Jerman memperketat pembatasan untuk yang belum divaksinasi, Prancis memperketat aturan tentang pemakaian masker dan izin kesehatan, dan Austria menutup bisnis dari hotel hingga pusat kebugaran. Belgia memerintahkan klub malam untuk tutup, dan melarang publik dari acara olahraga dalam ruangan.
Inggris mengesampingkan pengetatan aturan pandemi, tetapi dengan cepat menghentikan penerbangan dari enam negara begitu berita varian B.1.1.529 Omicron muncul. Uni Eropa mengusulkan tindakan yang sama karena beberapa negara anggotanya melanjutkan dan membatasi perjalanan.
Buat London, sebutan 'pengalaman adalah guru terbaik' sungguh sangat mengena, setelah mengetahui harga mahal yang harus dibayar ketika lambat bereaksi terhadap varian Delta, yang memiliki mutasi setengah dari B.1.1.529.
Larangan perjalanan mungkin tidak populer di beberapa tempat, tetapi ini lebih mudah daripada memukul publik yang lelah di rumah dengan lockdown dan pembatasan lain dalam bersosialisasi.
Baca Juga: WHO Sebut Varian Baru Covid-19 Asal Afrika Selatan Mengkhawatirkan, Dinamai Omicron
Ada perasaan bahwa naskah ini menjadi sangat akrab setelah hampir dua tahun, tetapi keakraban itu juga meninggalkan rasa panik saat menyambut kedatangan varian sebelumnya.
Di seluruh Eropa, reaksi masyarakat terhadap berita baru-baru ini jauh lebih tenang daripada di bulan-bulan awal penyakit itu, pergeseran dari ketakutan, bahkan kepanikan, menjadi kepasrahan.
Inilah dunia Covid-19. Masa depan akan membawa kenaikan dan penurunan infeksi, varian, kebutuhan perawatan intensif dan kematian - serta serangkaian tindakan yang menyertainya dari masker hingga tes, lockdown sebagian atau penuh, pembatasan perjalanan, dan vaksin penguat.
Di Italia misalnya, negara Eropa pertama yang memberlakukan lockdown nasional awal tahun lalu, hilanglah hari-hari ketika orang-orang berbelanja di supermarket sebelum memasuki rumah mereka, dan korban harian kasus dan kematian memonopoli perhatian seluruh negeri.
Saat itu, orang Italia terperanjat saat truk tentara dipanggil ke kota utara Bergamo untuk mengangkut peti mati karena krematorium tidak bisa lagi menampung para korban yang meninggal akibat Covid-19.
Beberapa hari yang lalu, bahkan ketika infeksi harian di negara itu meningkat dengan kecepatan tercepat dalam enam bulan, suasananya jauh berbeda.
Baca Juga: Warga Afrika Selatan Kesal, Transparansi Ilmiah Temuan Varian Omicron Diganjar Larangan Terbang
Di sebuah bar di area trendi dekat stasiun kereta api utama Roma, sekelompok warga setempat merayakan ulang tahun ke-50 dengan pizza lezat yang baru dipanggang, ditengahi minuman anggur merah yang wangi merekah.
Tidak ada yang memakai masker saat para pengunjung pesta berkerumun. Hanya beberapa tamu yang mengatakan setelah itu bahwa staf telah gagal untuk memeriksa sertifikat vaksinasi, sebagaimana diwajibkan oleh hukum.
"Selama tidak ada arahan pemerintah lebih lanjut terkait varian baru, orang akan tetap menjalani kehidupan mereka seperti biasa," kata Dr Simone Schnall, profesor psikologi sosial eksperimental di University of Cambridge.
"Saat ini ada campuran emosi yang juga mencakup frustrasi atau kemarahan ... Banyak orang tidak akan mampu menerima prospek Natal yang sebagian besar kembali perlu dikompromikan."
BioNTech, yang telah mengembangkan salah satu vaksin Covid-19 yang paling banyak digunakan dengan Pfizer, menawarkan alasan lain untuk tidak panik. Mereka menunggu data tentang bagaimana varian itu berinteraksi dengan vaksin dalam waktu dua minggu. Sementara, versi baru vaksin Covid-19 bisa siap dalam 100 hari.
Dan lebih banyak perlindungan akan datang terhadap penyakit dalam bentuk pil anti-virus.
Covid-19 "pindah ke populasi manusia melalui kecelakaan biologis", kata Dr Sarah Pitt, seorang ahli virologi di University of Brighton. "Saya tidak berpikir kita harus mencoba 'hidup dengan' atau menerima itu akan menjadi endemik. Saya pikir kita harus mencoba menghilangkannya sejauh mungkin di dunia yang saling terhubung."
Baca Juga: Moderna Kembangkan Vaksin Booster Lawan Varian Omicron
Jika vaksin masih menawarkan peluang itu, itu bukan yang didengar pasar pada hari Jumat.
Pasar bereaksi terhadap pukulan Covid-19 varian baru Omicron dengan aksi jual. Saham Eropa turun terbesar sejak Juni tahun lalu, Dow Jones turun lebih dari 1.000 poin pada satu tahap dan minyak jatuh ke US$70 per barel di New York untuk pertama kalinya sejak September. Treasuries Amerika Serikat melonjak, mengirimkan imbal hasil turun terbesar dalam setahun.
Untuk penerbangan dan segmen yang bergantung pada perjalanan lainnya, penyebaran varian baru membuka pintu kembalinya gangguan seperti yang disebabkan oleh kenaikan varian Delta di awal tahun ini. Investor khawatir musim panas ketiga pandemi Covid-19 dapat berisiko jika orang menahan diri dari membuat rencana awal tahun depan.
Tetapi para ahli kesehatan mengatakan, perlu waktu untuk mengetahui apa arti varian itu bagi pertempuran virus global. Sementara itu, ekonom UBS AG Paul Donovan mencatat ketakutan akan virus inilah yang menyebabkan kerusakan ekonomi paling besar.
"Kita perlu membiasakan diri dengan kenyataan akan ada sejumlah besar varian yang muncul secara global selama beberapa bulan dan tahun mendatang," kata Dr John Bell, profesor kedokteran di Universitas Oxford, yang telah bekerja dengan Inggris dalam penanganan Covid-19.
"Tetap tenang, lacak datanya, pahami patogen khusus ini dan beri tanggapan. Kami perlu melakukan ini lagi dan lagi di masa mendatang." kata John Bell.
Saat minggu hampir berakhir, rasa deja vu yang lain muncul. Organisasi Kesehatan Dunia WHO mengklasifikasikan B.1.1.529 sebagai variant of concern dan menyebutnya 'Omicron'. Alfabet Yunani dalam percakapan Covid-19 yang sudah berjalan sungguh lama, kembali bertambah.
Penulis : Edwin Shri Bimo Editor : Vyara-Lestari
Sumber : Straits Times/Bloomberg