Ethiopia Puji Pengembalian Harta Karun Bersejarah Milik Leluhur yang Dijarah Inggris
Kompas dunia | 20 November 2021, 23:53 WIB"Artefak kami yang tak terhitung jumlahnya ditemukan di berbagai museum, pusat penelitian dan di tangan orang-orang pribadi," kata Challi pada acara hari Sabtu, seraya mendesak agar barang-barang itu dikembalikan.
Ethiopia, salah satu negara tertua di dunia dengan warisan budaya dan agama yang kaya dan kuno, mengatakan pihaknya menganggap penjarahan Magdala sebagai "ketidakadilan besar" yang menjadi duri dalam hubungannya dengan Inggris.
Baca Juga: Pria Ini Temukan Artefak Nazi Tersembunyi di Dinding Rahasia Rumah, dari Foto Hitler hingga Pistol
Seperti dilansir Quartz Africa, Jumat (19/03/2019), Pasukan Inggris melakukan penjarahan, menjarah begitu banyak harta benda setelah Pertempuran Maqdala sehingga mereka membutuhkan 15 gajah dan 200 keledai untuk mengangkutnya.
Barang jarahan itu termasuk lebih dari 500 manuskrip perkamen kuno, dua mahkota emas, salib dan piala emas, perak dan tembaga, dan ikon keagamaan.
Putranya yang berusia tujuh tahun, Pangeran Alemayehu, dibawa ke Inggris bersama dengan harta yang dijarah.
Bahkan penjajah Inggris memotong rambut kaisar Tewodros II sebagai suvenir. Rambut itu dipotong dari kepala Kaisar Tewodros II setelah dia menembak dirinya sendiri daripada ditawan oleh pasukan Inggris.
Pasukan Inggris menyerang bentengnya di Maqdala selama Paskah pada tahun 1868.
Baca Juga: Media Dunia Heboh atas Temuan Harta Karun Swarnadwipa Kerajaan Sriwijaya di Dasar Sungai Musi
Beberapa barang yang dikembalikan akan dilelang, tetapi dibeli oleh Yayasan nirlaba Scheherazade dengan tujuan pengembalian. Lainnya diperoleh dari swasta atau investor.
Di antara mereka adalah satu set manuskrip abad pertengahan yang berasal dari sebelum abad ke-18, yang akan dilelang di Den Haag.
Ethiopia juga sedang bernegosiasi untuk mengembalikan sebuah Alkitab dan salib yang akan dilelang di Amerika Serikat.
"Restitusi ini terjadi dalam konteks global, di mana peran museum dipertanyakan, terutama legitimasi saat memamerkan sejarah kolonial dan artefak yang dijarah," kata Komite Restitusi Warisan Nasional Ethiopia dalam sebuah pernyataan pada bulan September lalu.
Penulis : Edwin Shri Bimo Editor : Hariyanto-Kurniawan
Sumber : Straits Times/Quartz Africa/Smithsonian Magazine