> >

Politikus Prancis Ini Setuju Migran di Perbatasan Polandia Dibiarkan Membeku

Kompas dunia | 13 November 2021, 16:27 WIB
Politikus Prancis dari partai berhaluan kanan-jauh National Rally, Julien Odoul, di Prancis pada 2 Juni 2021. (Sumber: SEBASTIEN BOZON/AFP/Getty Images)

LONDON, KOMPAS.TV - Politikus kanan Prancis Julien Odoul setuju bahwa para migran yang ingin menuju ke negara-negara Uni Eropa dan tertahan di perbatasan Polandia, dibiarkan membeku.

Hal tersebut diungkapkannya saat berbicara mengenai krisis migran di perbatasan Belarusia-Polandia dalam wawancara dengan stasiun televisi Prancis, BFM TV, Jumat (12/11/2021).

Julien Odoul yang merupakan anggota partai kanan-jauh National Rally pimpinan Marine Le Pen, mengatakan, tugas utama otoritas Eropa adalah melindungi warga Eropa.

“Kita harus tetap menutup perbatasan dari para migran, kita tidak boleh membiarkan mereka masuk,” ujarnya.

Dia mengatakan, banyak dari migran yang sedang menunggu untuk masuk ke Eropa di perbatasan Polandia, “berpotensi berbahaya.”

Saat wartawan Olivier Truchot menanyakan kepadanya apakah para migran dibiarkan membeku di perbatasan, Odoul menjawab, “Tentu saja, iya.”

Baca Juga: Kedinginan dan Kelaparan, Pengakuan Migran yang Terjebak di Perbatasan Polandia-Belarusia

Terkejut dengan tanggapan Odoul, Truchot mengulang pertanyaannya dan politikus itu pun membela diri dengan mengatakan, “Kalau tidak, Eropa mungkin harus menghadapi invasi migran.”

Ini bukan pertama kalinya Odoul memantik kontroversi.

Pada Oktober 2019 lalu, Odoul meminta seorang perempuan muslim melepas jilbabnya dalam sebuah rapat di Besancon, kota di sebelah timur Prancis. Dia juga menyerang perempuan tersebut secara verbal.

Perempuan tersebut saat itu tengah mendampingi murid-murid sekolah yang salah satunya adalah putranya, yang berkunjung ke dewan regional di kota tersebut.

Baca Juga: Presiden Belarusia Hina Uni Eropa dan Polandia Usai Naik Pitam Dituduh Ini

Sementara itu, ketegangan antara Polandia dan Belarusia meningkat pada Senin (8/11/2021) lalu setelah ribuan migran, sebagian besar berasal dari negara-negara Timur Tengah, mencoba menerobos barikade di perbatasan Polandia.

Polandia lalu mengerahkan sekitar 15.000 tentara di sepanjang perbatasan untuk mencegah masuknya para migran.

Pengerahan pasukan itu mengundang kekhawatiran Rusia.

Sementara Uni Eropa menuding Presiden Belarusia Alexander Lukashenko memanfaatkan para migran sebagai senjata untuk mengganggu stabilitas negara-negara Eropa.

Baca Juga: Konflik Perbatasan Polandia-Belarusia Memanas, Inggris Kirim Pasukan Kecil ke Polandia

Penulis : Edy A. Putra Editor : Fadhilah

Sumber : Middle East Monitor


TERBARU