Pengakuan Mengejutkan, Afghanistan Jatuh karena Ratusan Ribu Tentara untuk Lawan Taliban Tak Ada
Kompas dunia | 11 November 2021, 11:58 WIBKABUL, KOMPAS.TV - Pengakuan mengejutkan diungkapkan mantan Menteri Keuangan Afghanistan, Khalid Payenda mengenai kejatuhan negaranya hingga kembali dikuasai Taliban.
Payenda menegaskan, sekitar 300.000 tentara Afghanistan dan polisi pemerintah yang tercatat ternyata tak pernah ada.
Ia menyebut bahwa para tentara hantu itu adalah hasil korupsi dari para pejabat Pemerintah Afghanistan.
Ia menegaskan, para personel yang tak pernah ada itu ditambahkan agar para jenderal bisa menebalkan dompetnya.
Baca Juga: Junta Militer Myanmar Dakwa Jurnalis AS atas Penghasutan dan Terorisme, Terancam Bui Sumur Hidup
Payenda, yang memutuskan mundur dan meninggalkan Afghanistan yang direbut Taliban mengatakan catatan yang menunjukkan pasukan keamanan jauh melebihi jumlah Taliban tidaklah benar.
“Cara pertanggungjawaban dilakukan, Anda akan bertanya kepada kepala di provinsi itu, berapa banyak orang yang Anda miliki,” katanya dikutip dari BBC, Rabu (10/11/2021).
“Berdasarkan itu, Anda dapat menghitung gaji serta pengeluaran jatah, dan jumlah itu akan digelembungkan,” tambahnya.
Mantan menteri keuangan itu mengungkapkan jumlahnya mengkin digelembungkan lebih dari enam kali.
Ia juga mengatakan, para tentara yang mengundurkan diri dan yang tewas tak pernah dipertanggungjawabkan, dan menuduh para komandan akan menyimpan kartu bank mereka dan menarik gaji mereka.
Sebelumnya memang ada sebuah pertanyaan besar berapa banyak tentara Afghanistan.
Pada laporan 2016, Inspektur Jenderal Spesial AS untuk Rekonstruksi Afghanistan (Sigar), mengklaim baik AS dan sekutu Afghanistan, tak ada yang tahu berapa banyak tentara Afghanistan dan polisi yang ada.
Selain itu, mereka juga tak tahu berapa banyak sebenarnya yang tersedia untuk tugas, atau dengan perluasan, serta kemampuan operasional mereka sebenarnya.
Baca Juga: Taliban Desak Mantan Pilot Tempur Angkatan Udara Afghanistan Tetap Tinggal dan Layani Negara
Payenda menambahkan, para tentara yang benar-benar ada terkadang tak dibayar tepat waktu.
Sementara itu, ada pemimpin milisi yang didukung pemerintah, mengambil gaji pemerintah dan kemudian juga menerima pembayaran dari Taliban untuk menyerah tanpa bertarung.
“Seluruh perasaan adalah, kita tak bisa mengubah ini. Ini adalah bagaimana parlemen bekerja, bagaimana gubernur bekerja,” katanya.
“Semua orang akan mengatakan alirannya keruh dari bagian paling atas, artinya bagian paling atas terlibat dalam hal ini,” tambah Payenda.
Penulis : Haryo Jati Editor : Fadhilah
Sumber : BBC