> >

Pada COP26, China Sebut Berhak Jadi Penghasil Polusi Terbesar Dunia: Kami Masih Tahap Pembangunan

Kompas dunia | 3 November 2021, 07:50 WIB
Utusan khusus khusus iklim untuk China Xie Zhenhua berbicara pada ajang KTT Ikim PBB COP26 di Glasgow, Skoltandia. (Sumber: Straits Times)

GLASGOW, KOMPAS.TV — China mengatakan mereka berhak untuk tetap menjadi penghasil terbesar emisi rumah kaca dan polusi bahan bakar fosil perusak iklim dengan alasan saat ini berada di tahap pembangunan khusus.

Hal ini seperti disampaikan juru runding utama negara tersebut, Xie Zhenhua yang menjadi utusan khusus iklim untuk China pada KTT Iklim PBB COP26, di Glasgow, Skotlandia, Selasa (2/11/2021).

Sebagai pencemar iklim utama dan sebagai ekonomi terbesar kedua di dunia, China banyak dibicarakan, tetapi sedikit terlihat, di KTT Iklim PBB.

Presiden China Xi Jinping, yang tidak pernah meninggalkan negara itu selama pandemi, tidak hadir di Glasgow dan bergabung dengan lebih dari 100 pemimpin dunia lainnya. Sebagai gantinya Xi berbicara kepada pengamat dan delegasi dalam pesan tertulis pada hari Senin (1/11) kemarin.

Xie, yang memainkan peran penting dalam negosiasi yang mencapai kesepakatan iklim Paris 2015, menggarisbawahi posisi lama China bahwa Amerika Serikat dan negara maju lainnya harus bertindak lebih cepat untuk mengurangi emisi yang merusak iklim, bukan China.

"China sudah melakukan upaya terbesar kami untuk mengatasi perubahan iklim," kata Xie.

Ia mengatakan China tidak dapat mulai mengekang ketergantungannya pada pembangkit listrik tenaga batu bara lebih cepat dari sebelumnya.

“Jadi mengenai fakta bahwa China adalah penghasil emisi terbesar saat ini, itu karena China berada pada tahap pembangunan khusus,” kata Xie, seraya mengatakan, negaranya akan dapat mempercepat pengurangan emisinya, tapi nanti, katanya.

“Kami tidak hanya membuat janji, kami menghormati janji kami dengan tindakan nyata,” katanya.

China, yang sangat bergantung pada tenaga batu bara, berjanji tahun lalu untuk mulai mengekang emisi bahan bakar fosil di akhir dekade ini dan menjadi netral karbon pada 2060.

Baca Juga: Presiden Tanzania Kecam Negara Maju di COP26, Sebut Kilimanjaro Gundul gara-gara Krisis Iklim

Gletser langka Afrika di Kilimanjaro, Pegunungan Rwenzori, dan Gunung Kenya akan hilang dalam dua dekade mendatang karena perubahan iklim, demikian peringatan sebuah laporan baru yang diterbitkan pada Selasa, 19 Oktober 2021 (Sumber: AP Photo/Ben Curtis)

Juru runding iklim menyambut baik pengumuman Xi saat itu, tetapi penetapan tahun 2060 adalah satu dekade lebih lambat dari target banyak negara lain, dan Xi menolak seruan internasional untuk bergerak lebih cepat.

Penulis : Edwin Shri Bimo Editor : Gading-Persada

Sumber : Associated Press


TERBARU