Macron: PM Australia Scott Morrison Berbohong
Kompas dunia | 1 November 2021, 05:51 WIBROMA, KOMPAS.TV — Presiden Prancis Emmanuel Macron mengatakan bahwa Perdana Menteri Australia Scott Morrison telah berbohong kepadanya, ketika diam-diam merundingkan kesepakatan pembelian kapal selam dengan Amerika Serikat dan Inggris.
Menjawab pertanyaan wartawan tentang apakah menurutnya Morrison telah berbohong kepadanya, Macron menjawab, "Saya tidak berpikir (tentang hal itu)…. (Tapi) saya tahu dia berbohong,” ujarnya dikutip dari The Associated Press.
Australia bulan lalu membatalkan kontrak multi-miliar dolar untuk membeli kapal selam diesel-listrik dari Prancis. Kemudian mereka malah memutuskan untuk membeli kapal selam bertenaga nuklir dari Amerika Serikat (AS).
Keputusan itu merupakan bagian dari pakta Indo-Pasifik antara Australia, Inggris dan AS.
Baca Juga: Bertemu, Jokowi dan Macron Bahas Soal Kerjasama Pertahanan hingga Perubahan Iklim
Pakta tersebut, yang dikenal sebagai AUKUS, membuat Prancis berang. Prancis kemudian menarik duta besarnya untuk AS dan Australia karena peristiwa ini.
Macron dan Morrison berbicara untuk pertama kalinya pada Kamis (28/10/2021), setelah Australia membatalkan kontrak kapal selam Prancis. Mereka berdua berada di Roma untuk menghadiri KTT G20. Namun kedua negara tidak mengadakan pertemuan bilateral.
Macron Sebut KTT G20 di Roma Telah Membuahkan Hasil
Sementara itu Macron menyebut KTT G-20 di Roma sebagai “keberhasilan” yang membuahkan hasil, terutama pada masalah perubahan iklim, meskipun masih banyak terjadi perpecahan antar negara.
Macron mengatakan KTT dua hari itu telah memberikan kesempatan untuk menghidupkan kembali konvergensi di antara negara-negara ekonomi terbesar dunia menjelang konferensi iklim PBB yang jauh lebih besar di Glasgow, Skotlandia.
Baca Juga: Prancis Kirim Kembali Duta Besar ke Australia Usai Tegang Polemik Kapal Selam
Pemimpin Prancis mengakui bahwa masih akan dibutuhkan lebih banyak upaya untuk mencapai tujuan yang ditetapkan dalam kesepakatan iklim Paris 2015, untuk menahan kenaikan suhu rata-rata global hingga 1,5 derajat Celcius.
“Sekarang, semua pekerjaan akan fokus untuk mendapatkan upaya tambahan dari China dan dari negara-negara berkembang lainnya seperti dari Rusia, untuk terus berjalan ke arah yang benar,” kata Macron.
“Memang, kita harus membuat ekonomi G-20 berbuat lebih banyak dalam hal energi batubara sebagai sumber energi negara mereka. Itu langkah selanjutnya. Tapi kami tidak dapat mencapainya di sini, itu tidak realistis,” ujarnya.
Penulis : Tussie Ayu Editor : Desy-Afrianti
Sumber : Associated Press