> >

PBB Minta Pemerintah Mali Hentikan Perbudakan Turun-Temurun

Kompas dunia | 29 Oktober 2021, 23:31 WIB
Seorang anak dari suku Tuareg mendorong seorang gadis keturunan Bella (kiri) di sebuah kamp pengungsi Mali di Goudebou, Burkina Faso, April 2014. PBB hari Jumat, (29/10/2021) meminta Mali menghentikan praktik perbudakan turun-temurun, menyusul serangkaian kekerasan terhadap orang-orang yang lahir dalam perbudakan. (Sumber: Antara)

Baca Juga: Perbudakan Seks Terbongkar di Australia, Gadis-Gadis Muda Dibius dan Dipaksa Jadi PSK

Orang merdeka di Mali yang diperlakukan seperti budak, hanya karena leluhur mereka berstatus budak. PBB hari Jumat, (29/10/2021) meminta Mali menghentikan praktik perbudakan turun-temurun, menyusul serangkaian kekerasan terhadap orang-orang yang lahir dalam perbudakan. (Sumber: Direct Relief)

Perbudakan turun-temurun juga terjadi di negara tetangga Mali, yaitu Senegal, Burkina Faso, Niger, dan Mauritania yang menjadi negara terakhir di dunia yang menghapus perbudakan pada 1981.

Praktik ini memiliki sejarah panjang di Mali dan Afrika Barat kolonial dan kontemporer di mana orang-orang dengan status berasal dari “leluhur yang diperbudak” hidup di bagian bawah tangga sosial, menghadapi diskriminasi dan pengucilan sosial setiap hari.

Sebagai migran paksa dan pendatang baru yang melarikan diri dari perang atau kekurangan ekonomi, mereka diperlakukan sebagai budak oleh mereka yang berkuasa walau tidak diperjual belikan, karena nenek moyang mereka dianggap berasal dari status budak.

Di Mali, jaksa mendakwa sebagian besar kasus perbudakan turun-temurun sebagai perkara yang tergolong ringan, menurut laporan terkini Trafficking in Persons oleh Departemen Luar Negeri Amerika Serikat.

Laporan itu merekomendasikan agar UU anti-traffiking 2012 direvisi untuk memasukkan perbudakan turun-temurun.

Penulis : Edwin Shri Bimo Editor : Gading-Persada

Sumber : Antara


TERBARU