Singapura Krisis Energi, Perusahaan Swasta Pemasok Listrik Nyerah Hentikan Bisnisnya
Kompas dunia | 19 Oktober 2021, 13:51 WIBSINGAPURA, KOMPAS.TV- Singapura kini dilanda krisis energi. Upaya negara itu untuk meliberalisasi sektor energinya menjadi terhambat. Melonjaknya harga gas membuat perusahaan penyedia listrik di Singapura rugi besar. Lantaran mayoritas pembangkit listrik di sana menggunakan gas.
Berdasarkan laporan Bloomberg 14 Oktober 2021, sejumlah perusahaan listrik swasta di Singapura pun menyerah dan memutuskan akan keluar dari bisnis listrik. Perusahaan iSwitch Energy akan menghentikan penjualan listrik untuk ritel mulai 11 November 2021. iSwitch adalah perusahaan pengecer listrik terbesar di Singapura.
Selanjutnya SilverCloud Energy, yang memasok listrik ke bangunan komersial, industri, dan perumahan Singapura. Manajemen SilverCloud Energy akan menginformasikan kepada pelanggan mereka, untuk beralih ke penyedia lain atau ke perusahaan listrik negara, SP Group.
Baca Juga: China Tambah Pasokan, Harga Batu Bara dan Gas Alam Anjlok
Diamond Electric, Best Electricity, dan Ohm Energy pun sudah berhenti menerima pelanggan baru. Diamond Electric akan menyerahkan kontrak berjangka yang ada ke penyedia utilitas lain.
Upaya Singapura untuk meliberalisasi sektor ketenagalistrikan dilakukan sejak November 2018. Pemerintah Singapura mengizinkan semua konsumen di seluruh Singapura untuk memilih penyedia listrik, yang mengakibatkan menjamurnya pengecer independen untuk menyaingi perusahaan yang dikelola negara.
Harga gas grosir melonjak tajam dalam beberapa bulan terakhir. Hal ini lantaran masalah produksi, sehingga pasokan turun ketika permintaan di pasar meningkat.
Harga LNG di pasar spot Asia melonjak lebih dari 500 persen dibandingkan dengan posisi tahun lalu. Harganya saat ini berada di level 30 dollar AS per juta british thermal unit (mmBtu). Sementara, harga harga minyak Brent juga naik ke harga tertinggi.
Baca Juga: Harga Minyak Cetak Rekor karena Arab Saudi Tolak Tambah Produksi OPEC+
Perusahaan pemasok listrik yang tidak melakukan lindung nilai terhadap pergerakan harga yang fluktuatif, pada akhirnya harus membeli energi dengan biaya yang jauh lebih tinggi daripada yang mereka jual kepada pelanggan.
Penulis : Dina Karina Editor : Purwanto
Sumber :