> >

Mengenal Eric Zemmour, Trump versi Prancis yang Populer Berkat Seruan Anti-Imigrasi dan Islamofobia

Kompas dunia | 11 Oktober 2021, 15:23 WIB
Tokoh politik Prancis, Eric Zemmour (tengah) saat berbicara di sebuah acara. (Sumber: Wikimedia)

PARIS, KOMPAS.TV - Popularitas Eric Zemmour di kancah perpolitikan Prancis meroket belakangan ini. Jurnalis sekaligus pengamat politik itu mendapatkan liputan luas dan dukungan untuk menjadi calon presiden Prancis di pemilu 2022 mendatang.

Pengumuman kandidat memang belum diputuskan secara resmi. Namun, melalui sejumlah survei, tingkat keterpilihan Zemmour terus meningkat dan bahkan mengancam politisi senior Rassemblement National (RN) yang berhaluan sayap kanan, Marine Le Pen.

Survei Harris Interactive menunjukkan Zemmour memiliki tingkat keterpilihan 17%, menyalip Le Pen (15%). Popularitasnya semakin mendekati petahana Emmanuel Macron yang diproyeksikan meraih 24% suara.

Akan tetapi, popularitas Zemmour belum cukup besar jika menimbang survei-survei lain. Menurut agregat Politico, proyeksi keterplihan Zemmour 13%, masih kalah dari Le Pen yang mencapai 24%.

Baca Juga: Duta Besar Prancis Selamatkan Burung Milik Gadis Afghanistan, Berjanji Akan Kembalikan ke Pemiliknya

Meskipun demikian, survei Harris Interactive merekam peningkatan popularitas Zemmour dan memicu peningkatan eksposur terhadapnya. 

Eric Zemmour merupakan tokoh kontroversial yang populer berkat seruan anti-imigrasi dan Islamfobia. Kemunculannya di kancah politik memicu perselisihan dan ia dituding menurunkan martabat debat publik jelang pemilihan umum.

Namun, pendukung Zemmour menyambutnya sebagai angin segar di kancah politik Prancis.
Tak sedikit yang memperbandingkannya dengan bekas presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump. Zemmour, seperti Trump, populer berkat peliputan masif media serta janji-janji tindakan tegas untuk isu seperti imigrasi.

Zemmour populer di kalangan sayap kanan dengan janji kebijakan-kebijakan yang dituding intoleran. Di antaranya adalah pewajiban pemberian nama Katolik bagi anak imigran untuk memperkuat “integrasi”, juga deportasi langsung bagi imigran yang “tidak taat”.

“Dia [Zemmour] menskakmat media, seperti Trump,” kata eks penasihat Presiden Francois Hollande, Gaspard Gantzer kepada Politico.

“Zemmour sangat terkenal di lanskap media yang terpecah. Unggul dari sesamanya karena siapa pun yang membuat pernyataan memalukan selalu punya keunggulan pada masa kini,” imbuh Gantzer.

Menurut lembaga pemantau media, Acrimed, Zemmour mendapatkan 16 slot jam tayang utama di TV atau di halaman muka surat kabar pada bulan lalu. Jumlah itu jauh lebih banyak dibanding kandidat lain seperti Anne Hidalgo dan Marine Le Pen.

Zemmour pun menjadi bintang televisi dan sosok pembuat berita yang dicari, meningkatkan popularitasnya jelang pemilihan.

“Saya tak bisa memercayai apa yang saya dengar di rapat redaksi kami. Kami mendiskusikan imigrasi, dan pembahasannya hanya tentang Zemmour dan bagaimana kami akan merespons dia,” kata seorang jurnalis surat kabar berhaluan kiri di Paris.

“Kami justru jarang meliput kandidat sayap kiri. Kami melakukan apa yang telah dilakukan para sayap kiri sepanjang waktu, mendongkrak [popularitas] kanan-jauh,” imbuhnya.

Popularitas Zemmour juga mengancam nasib Le Pen di pemilihan mendatang. Pasalnya, Presiden Partai RN itu selama ini menikmati dukungan dari golongan sayap kanan.

Apabila Zemmour maju pemilu, suara untuk Le Pen bisa berkurang karena beralih ke Zemmour.

Baca Juga: Ketegangan Diplomatik Makin Panas, Aljazair Larang Wilayah Udaranya Dilewati Pesawat Militer Prancis


 

Penulis : Ikhsan Abdul Hakim Editor : Purwanto

Sumber : Politico


TERBARU